Angkasa Pura Airports bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menggelar simulasi bencana gempa bumi dan tsunami untuk memperkuat sistem mitigasi, melihat potensi, serta kesiapan Yogyakarta International Airport (YIA) sebagai area evakuasi bagi keselamatan pengguna jasa dan masyarakat setempat.
Edukasi terhadap sistem mitigasi dan simulasi bencana ini melibatkan seluruh komunitas bandara seperti maskapai, ground handling, AirNav Indonesia, BPBD DIY, Basarnas, serta perwakilan masyarakat dari Kelurahan Glagah dan Palihan, Kulon Progo.
Simulasi ini dilakukan dengan skenario terburuk, yakni gempa bumi Megathrust M 8,8 dengan ketinggian tsunami lebih dari tiga meter.
Menurut Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi, pelaksanaan simulasi gempa dan tsunami bersama BMKG Yogyakarta ini merupakan langkah yang tepat untuk bersama meningkatkan kesiapsiagaan YIA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menghadapi potensi bencana.
“Kami sangat mengapresiasi sinergi dan kolaborasi seluruh pihak yang terlibat termasuk bagi warga Kulon Progo dan berharap kegiatan simulasi ini dapat terus dilaksanakan secara berkesinambungan,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, potensi gempa bumi megathrust di Samudra Hindia Selatan (Jawa Tengah dan Yogyakarta) dapat memicu potensi tsunami di kawasan YIA.
“Namun, dengan kesiapan mitigasi YIA, simulasi, dan edukasi yang dilakukan berkala secara terus menerus akan mampu meminimalisir dampak dari bencana yang timbul, hingga zero victim. BMKG dan Angkasa Pura I telah berkolaborasi menempatkan early warning system di bandara sebagai deteksi dini bencana,” jelasnya.
Daryono menyatakan bahwa dengan sistem mitigasi yang mumpuni dan kecepatan, serta kecermatan dari para personil akan mampu mengelola krisis dengan baik.
Sebagai contoh Bandara Internasional Sendai di Jepang mampu mengupayakan zero victim, karena kesiapan mitigasi yang tepat dan respon cepat.
“Kami yakin YIA mampu menjadi bandara percontohan sebagai bandara tangguh gempa bumi dan tsunami, terlebih lagi bandara YIA juga telah mengaktifkan Airport Operation Control Center (AOCC),” ungkapnya.
YIA dibangun dengan kesiapan mitigasi bencana seperti likuifaksi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan abu vulkanik.
Secara infrastruktur, YIA dirancang dan dibangun dengan ketahanan terhadap gempa 8,8 Magnitudo, dengan pusat gempa 400 meter dari bibir pantai, dan pondasi bangunan terminal menggunakan bored pile dengan kedalaman 26 meter.
Bangunan Gedung Terminal YIA adalah struktur bangunan skala mega pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk menghadapi guncangan akibat gempa besar 8.8 magnitudo di pertemuan lempeng Australia dan lempeng Asia, dengan jarak yang relatif dekat dan juga menghadapi bahaya susulan berupa tsunami.
Bangunan terminal juga dirancang dengan kekuatan yang dilebihkan agar tetap dapat difungsikan dengan baik setelah terjadi gempa, bahkan, gedung juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi bencana tsunami sebagai bagian dari emergency preparedness.
Sebagai mitigasi bencana tsunami, YIA dirancang untuk menghadapi gempa dan tsunami dengan proyeksi ketinggian maksimum 12,8 MSL (Mean Sea Level).
Apabila terjadi tsunami, diproyeksikan akan membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai ke Gedung Terminal.
Selain itu, YIA memiliki fasilitas Gedung Crisis Centre empat lantai dengan luas bangunan 5.284 meter persegi, sebagai tempat evakuasi yang mampu menampung 1.000 orang.
“Kami berkomitmen secara berkala dan rutin untuk memastikan kolaborasi penyelenggaraan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat dan komunitas bandara, serta simulasi mitigasi bencana ini dapat terlaksana,” tutur PTS. General Manager YIA Agus Pandu Purnama.
Jadi, lanjutnya, ketika nantinya terjadi suatu bencana yang tidak dapat dihindari, bersama-sama dapat mengupayakan evakuasi sebanyak-banyaknya pengguna jasa dan masyarakat yang berada di lingkungan YIA.
Masyarakat pun tidak perlu ragu untuk memanfaatkan bandara sebagai area evakuasi terdekat, apalagi YIA telah memiliki AOCC, yang merupakan Ruang Pusat Kendali Operasi yang melaksanakan fungsi pusat kontrol, koordinasi, komunikasi, serta kolaborasi antar unit dan seluruh stakeholder di YIA. B