Tiru Strategi Soeharto, India Jadi Raja Beras Dunia

India jadi raja beras dunia meniru strategi Presiden ke-2 RI Soeharto. (Instagram @jejaksoeharto)
Bagikan

India kini menjadi raja beras dunia. Negara tersebut ternyata meniru strategi Presiden ke-2 RI Soeharto dalam memajukan dan mengembangkan sektor pertanian khususnya padi dan persawahan. Strategi apa yang ditiru?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sepulangnya dari India mengungkapkan rahasia di balik kesuksesan negara tersebut dalam mengembangkan pertaniannya. India dikenal sebagai salah satu negara penghasil beras dan juga pengekspor terbesar di dunia.

“India 1,4 miliar orang bisa surplus, lebih. Saya tanya Kementerian Perdagangannya, semua pakai koperasi, gak konglomerasi, seluruh pertanian koperasi. Pupuk dia gak pakai pabrik pupuk kaya kita, tapi pupuk dibuat oleh koperasi-koperasi, tapi penelitian oleh pemerintah. Pupuk pakai pil segini bisa untuk dua hektare dikasih air, diproduksi koperasi-koperasi,” ujar Zulhas dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (4/9/2023).

Kebijakan itu demi mengamankan stok serta menghindari penipisan stok pangan di dalam negeri, apalagi untuk ukuran India dengan jumlah penduduk yang mencapai miliaran orang. Zulhas pun mengingat kebijakan itu seperti metode Indonesia pada masa Orde Baru atau zaman Soeharto.

“Tapi kebijakan gak ada yang ambigu, pokoknya petani disubsidi habis-habisan. Semua pupuk, bunga semua gak ada tawar, untuk dalam negeri (soal) makan mereka habis-habisan, kira-kira seperti Orde Baru irigasi pupuk. Kita kan pupuk diatur terlalu banyak, begitu sawah perlu pupuk petani pupuknya gak ada, kalau panen pupuknya ada. (Masalah) ini gak kelar-kelar,” katanya .

Menurut Zulhas, negara ASEAN lainnya seperti Vietnam juga menjadi negara yang surplus dalam pertanian, khususnya beras. Salah satu kunci kesuksesannya aalah keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pertanian.

“Di Vietnam tanah pertanian lebih tinggi dari Taman Nasional. Jadi pertanian gak boleh jadi perumahan, pabrik, kalau sudah sawah gak boleh diubah-ubah selamanya. Kita ada undang-undang tapi ya masih gitu aja. Kalau kita serius bisa,” tutur Zulhas.

Namun, Indonesia tidak bisa lagi terlalu menggantungkan diri terhadap impor dari negara lain. Pasalnya, masing-masing negara tengah mengetatkan kebijakan ekspor demi mengamankan stok dalam negeri. Faktor El Nino juga menjadi pertimbangan lain.

“Vietnam kurangi tanam berasnya karena El Nino kering, padi banyak makan air, jadi tanam padi (awalnya) 2 musim jadi 1 musim karena surplus,” ungkap Zulhas. B

Komentar

Bagikan