Rakor Strategi Intervensi DPPM untuk Penyakit TBC di Kota Bekasi

Rapat koordinasi (Rakor) Strategi Intervensi District-Based Public Private Mix (DPPM) penyakit menular TBC di Kota Bekasi. (dok. humaskotabekasi)

Staf Ahli Wali Kota Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kemasyarakatan Reny Hendrawati memberikan sambutan Plh Sekretaris Daerah Kota Bekasi, sekaligus membuka rapat koordinasi Strategi Intervensi District Based Public Private Mix (DPPM) penyakit menular TBC di Hotel Amaroossa Grande Kota Bekasi pada Rabu (26/6/2024).

Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengelar kegiatan ini bekerja sama dengan USAID Benas-TB mengundang elemen pemangku kepentingan, fasyankes pemerintah dan swasta serta komunitas dalam layanan TBC.

Pengisi materi strategi intervensi DPPM Siti Nurlia, MKM dari Dinkes Kota Bekasi Adria Rusli dari KOPI TB Kota Bekasi Zaelani USAID Bebas-TB.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut Pranata Humas Ahli Muda Subkordinator Hubungan Dokumentasi Internal Diah Setyawati pada Bagian Humas Setda Kota Bekasi Tjahjaning Dyah, dari Bagian Tata Pemerintah dan Nurfaridah dari Bagian Kessos dan perwakilan Bappelitbangda.

Reny Hendrawati mengatakan, pokok pembahasan DPPM tingkat Kota Bekasi untuk mencapai target eliminasi TBC 2030 dengan target insiden rate 65 kasus/100.000 penduduk, sekaligus penanganan kasus di Kota Bekasi.

Baca juga :   Ida Wachyuni; Pentingnya Bandara dan Pariwisata

Hal ini membutuhkan komitmen bersama pemerintah, pihak swasta dan komunitas dalam layanan TBC yang komprehensif mulai dari aspek preventif, promotif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitasi, serta melaksanakan pencatatan dan pelaporan secara mandiri dalam sistem informasi TBC.

“DPPM diharapkan mengatasi kesenjangan dalam belum optimalnya penemuan kasus TBC, keterlibatan fasyankes dalam P2TBC, kualitas dan keberhasilan pengobatan TBC,” ujarnya.

Kegiatan koordinasi strategi intervensi DPPM juga diharapkan terlaksana di setiap tingkat di bawah leading sector Dinas Kesehatan sehingga berjalan efektif dan efisien.

Namun, begitu TBC berada di wilayah kota Bekasi dan perlu intervensi pimpinan wilayah, seperti camat dan lurah terkait komitmen pemberantasan TBC di masyarakatnya.

“Libatkan masyarakat di antaranya forum RW untuk bersama menyosialisasikan hidup sehat di masyarakat untuk mencegah penularan TBC,” ungkapnya.

Intervensi pelibatan pemangku wilayah selama ini telah dilakukan melalui kegiatan DPPM di level Kecamatan dan Kelurahan dengan konsep Kebas (Kecamatan Bebas) TB yang merupakan inovasi Kota Bekasi dalam Pencegahan dan Pengendalian TBC (P2TBC).

Baca juga :   Pelita Air Jadi Official Airlines IBL Musim 2024

Kebas TB diatur melalui Peraturan Walikota Bekasi Nomor 64.A Tahun 2020 tentang Strategi Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kecamatan Bebas TBC dengan 5T (KEBAS TBC dengan 5T) menuju Kota Bekasi Bebas Tuberkulosis.

Mengenai 5T merupakan rincian dari Tersedianya SK PPM TBC Tingkat Kecamatan dan Kelurahan, Tersedianya SK TIM DOTS di fasilitas pelayanan kesehatan dan Tersedianya SK Protokol Kesehatan TBC.

Selain itu, Tersedianya Kartu Kendali Follow Up pemeriksaan laboratorium pengobatan pasien TBC oleh kader TBC pendamping dan Tersedianya Kartu Kendali minum obat pasien TBC oleh kader TBC pendamping.

Berdasarkan Global TB Report 2023, diperkirakan sekitar 1 juta kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi kasus sebanyak 724.000 kasus, angka kematian TBC mencapai 134.000 kasus, serta persen kasus TBC yang diobati dan dilaporkan yaitu sebesar 84%. B

 

 

Komentar