Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Pemkab Kotim), Kalimantan Tengah terus memperjuangkan pengembangan sarana prasarana Bandara Haji Asan Sampit, khususnya landasan pacu (runway) agar mampu mendarat pesawat berukuran besar, seperti Airbus A320.
“Harapan kami minimal pada 2025 Bandara Haji Asan Sampit bisa didarati pesawat Airbus A320, lahan sudah kami bebaskan jadi untuk perpanjangan landasan tidak masalah. Tinggal menunggu keputusan dari pusat,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit.
Dia menjelaskan, pemerintah daerah telah melakukan upaya-upaya untuk mewujudkan pengembangan bandara satu-satunya di Kotim tersebut, mulai dari koordinasi terus menerus dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Lalu, pembebasan dan hibah lahan untuk perpanjangan landasan pacu dan menandatangani nota kesepakatan dengan Direktur Jenderal Perhubungan Kemenhub Maria Kristi Endah Murni.
Namun, hingga saat ini belum ada informasi pasti waktu dimulainya pengembangan bandara tersebut, karena memang Bandara Haji Asan Sampit berada di bawah kewenangan Kemenhub.
“Harapan kami, 2024 ini sudah dimulai step by step, tahun ini peningkatan PCN dan perpanjangan landasan dulu, lalu 2025 pelebaran landasannya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami sadar itu masih kewenangan pusat makanya kita berdoa saja,” tuturnya.
Tidak hanya pembebasan lahan, Pemkab Kotim juga siap membantu relokasi gedung Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) yang posisinya dinilai sudah tidak strategis apabila bandara tersebut ingin didarati pesawat berbadan besar.
Posisi gedung itu saat ini berpotensi menyebabkan kecelakaan ketika dilakukan manuver dari pesawat yang berukuran besar, makanya perlu direlokasi.
Namun, untuk relokasi gedung PKP-PK ini juga perlu persetujuan Kemenhub, sebab bagian dari fasilitas bandara.
Dengan bisa didarati pesawat jenis Airbus A320 dengan kapasitas 140 orang hingga 194 orang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan transportasi udara di Kotim, baik dari kapasitas penumpang yang bisa diangkut hingga harga tiket yang diharapkan bisa lebih rendah.
Sementara itu, saat ini Bandara Haji Asan Sampit hanya mampu melayani pesawat jenis ATR72 dan B737-500 dengan kapasitas sekitar 70 orang dan 108 orang.
Halikinnor menambahkan, Kotim adalah kabupaten dengan tingkat perekonomian tertinggi di Kalimantan Tengah.
Wilayah Kotim dikenal sebagai pintu gerbang perekonomian Kalimantan Tengah dengan sektor usaha yang semakin maju dan berkembang, terutama dalam bidang jasa, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan.
Selain itu, Kotim juga merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Tengah, yaitu sebanyak 436.079 jiwa.
Dengan luas wilayah mencapai 16.796 kilometer yang terdiri dari 17 kecamatan, 17 kelurahan dan 168 desa.
“Oleh sebab itu, pengembangan Bandara Haji Asan Sampit menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas penduduk, selain itu bandara ini memiliki potensi yang besar baik dari segi teknis, lingkungan dan sosial,” ujarnya.
Kotim juga memiliki potensi penerbangan yang besar, terutama dengan adanya 53 perusahaan besar di sektor perkebunan kelapa sawit dan perusahaan pertambangan.
Sebanyak 5.474 orang dari unsur pimpinan perusahaan perkebunan kelapa sawit diperkirakan akan menggunakan transportasi udara untuk perjalanan bisnis, terutama ke pulau jawa.
Selain itu, potensi perjalanan udara juga datang dari masyarakat umum, ASN dan perusahaan di Kabupaten Seruyan yang hanya berjarak tiga jam perjalanan darat.
“Untuk itu, mari kita semua masyarakat Kotim mendoakan agar pengembangan bandara ini segera ditindaklanjuti oleh kementerian, karena Kotim ini cukup maju dan berkembang, investasinya juga cukup banyak, sehingga harapan kita bandara bisa menjadi penunjang perekonomian di daerah kita,” ungkapnya. B