Pemerintah Ingin Merger Angkasa Pura Kedepankan Fasilitas dan Kenyamanan Bandara

Aktivitas penumpang di bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II (AP II). (angkasapura2.co.id)

Pemerintah akan berhati-hati dalam proses merger (penggabungan) Angkasa Pura Airports (PT Angkasa Pura I) dan PT Angkasa Pura II (AP II), agar tidak terjebak pada stigma soal Bandar udara (bandara) yang harus mempunyai visual indah jika dilihat dari luar saja.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, saat ini industri airport (bandara) di dunia sudah berubah, sehingga jika ada merger Angkasa Pura, maka ingin mengedepankan fasilitas dan kenyamanan yang ada di dalam bandara, bukan hanya sekadar tampilan luarnya.

“Mengenai (merger) Angkasa Pura, memang ini rencana perlu tiga bulan. Tahun ini sudah ada penjajakan awal,” kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Senayan, Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Erick, merger BUMN di bidang pengelolaan bandara ini tentu ada konsolidasi terlebih dahulu untuk remapping, seperti membangun airport-airport tujuan wisata.

“Seperti di Bali yang saya rasa sudah berubah, tapi di Jakarta belum berubah, padahal traffic tinggi,” jelasnya.
Erick menambahkan, ada beberapa daerah yang airport tidak diperlukan penambahan lagi, seperti di Bali dan Jakarta, karena yang dibutuhkan hanya fasilitas pendukung.

Baca juga :   Bandara Ahmad Yani Semarang Buka Rute Penerbangan Langsung ke Bali

“Tidak perlu bermewah-mewahan. Jadi, investasi di airport kita bisa sizeable sesuai target market,” tegas Erick.

Dia juga mengeluhkan soal banyaknya bandara berskala internasional di Indonesia, yang dinilai menjadi salah satu biang keladi lambatnya pemulihan pariwisata Indonesia.

Erick mengakui sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait dengan banyaknya bandara berskala internasional di tanah air, tapi dia tidak menjelaskan nantinya saat merger akan ada pengurangan bandara internasional.

“Kami dorong pada Kementerian Perhubungan juga, dengan banyaknya airport yang terbuka, seperti hari ini semuanya internasional, terbukti recovery industri pariwisata kita dibandingkan banyak negara lain lebih lambat,” jelasnya.

Erick menilai hal itu dikarenakan lebih banyak mobilitas masyarakat yang keluar daripada masuk ke Indonesia, karena aksesnya terlalu mudah. “Benchmarking dengan Amerika Serikat, China dan Jepang itu airport-nya tidak sebanyak kita.”

Baca juga :   Bandara Soekarno-Hatta Layani Dua Rute Penerbangan Tersibuk Dunia pada Tahun 2023

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diakui Erick terus baik, apalagi dulu merger ditakutkan karena akan mengurangi pegawai, ternyata tidak terbukti, justru meningkat.

Erick mencontohkan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang semakin hari semakin besar. “Angkasa Pura ini dengan penggabungan lebih efisien, bisnis model masing-masing bandara bisa beda, tergantung tipe bandara dan standardisasinya bisa lebih baik,” tuturnya.

Sebelumnya, Erick menjanjikan merger Angkasa Pura Airports dan AP II bisa selesai Desember 2023 dan penggabungan dua perusahaan pelat merah ini demi meningkatkan industri pariwisata Indonesia.

“Kita coba ya (selesai Desember 2023), karena dengan sekarang tourism jadi income negara terbesar nantinya. Efisiensi, dari pada kita membangun infrastruktur industri tourism dari bandara. Kita harus naikkan kelas kita,” katanya saat di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, baru-baru ini. B

Komentar