Direktur PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) Ari Askhara memastikan konstruksi proyek Lintas Raya Terpadu (LRT) atau Bali Urban Subway akan dibangun di bawah tanah dengan kedalaman 30 meter.
Berdasarkan hasil studi kelayakan, kedalaman tersebut dinilai cukup aman dan sesuai dengan ketentuan yang diatur di Provinsi Bali.
“Pemkab Badung menetapkan 15 meter. Kekuatannya sama, tetapi kami tetap ambil 30 meter untuk amannya,” katanya saat peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek LRT di Sentral Parkir Kuta, baru-baru ini.
Ari menjelaskan, pembangunan stasiun pada Fase I di Sentral Parkir Kuta dilakukan di atas lahan aset Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung.
Dengan begitu, dia menambahkan, pembelian lahan milik swasta atau perseorangan untuk proyek tersebut dapat diminimalisasi.
Sebelumnya, PT SBDJ telah menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC).
Perusahaan tersebut akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali) dalam pengerjaan konstruksi.
Menurut Ari, Indotek mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni untuk mengerjakan proyek sebesar LRT Bali, sedangkan, CRCC juga dipilih karena memang mempunyai reputasi sebagai kontraktor transportasi kereta global yang memiliki pengalaman membangun 200.000 kilometer (km) di lebih 100 negara.
Dia menegaskan bahwa ada 10 bor raksasa, yakni tunnel boring machine (TBM) yang didatangkan pada April 2025.
Terhitung sejak September 2024 sampai waktu tersebut, akan dilakukan pembangunan konstruksi koridor – stasiun.
“Sambil menunggu tunnel, pengerjaan akan difokuskan untuk pembangunan konstruksi di tiap stasiun. Itu cukup lama. LRT saja pengeboran dari awal lebih dari satu hingga dua tahun. Kami usahakan sebelum itu,” ungkap Ari.
Menurut informasi, Bali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase, yakni Fase I yang meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai – Kuta Sentral Parkir – Seminyak – Berawa – Cemagi dengan panjang 16 km.
Kemudian, Fase II, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai – Jimbaran – Ubud – Nusa Dua sepanjang 13,5 km.
Fase III meliputi Sentral Parkir Kuta – Sesetan – Renon – Sanur. Selanjutnya, Fase IV meliputi Renon – Sukawati – Ubud. Namun, Fase III dan IV masih tahap Feasibility Study (FS) atau uji kelayakan.
Nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai US$10,8 miliar dan untuk keseluruhan empat fase adalah US$20 miliar.
Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan Fase II ditargetkan dapat selesai pada akhir Kuartal II/2028.
Keseluruhan Fase I dan Fase II diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir tahun 2031.
“Untuk Fase I, kami proyeksi bisa beroperasi di awal 2028. Untuk Fase II di akhir 2028. Kenapa, Kuta, Seminyak, Canggu, Cemagi itu berbatu sehingga mengakibatkan pekerjaan agak sedikit lambat dengan proses pengeboran 3 meter per hari. Kalau Nusa Dua itu tanah kapur, bisa habiskan proses 30 meter per hari sehingga lebih cepat,” jelas Ari.
Dia menuturkan, pengerjaan konstruksi dan pengembangan teknologi digarap oleh vendor yang berbeda.
Namun demikian, Ari menyatakan hal itu tidak memengaruhi sinkronisasi sistem pengoperasian kereta ke depannya, sedangkan pengadaan kereta akan dilakukan saat pengoperasian dimulai.
Sebelumnya, diinformasikan bahwa ada lima perusahaan dengan empat konsorsium terpikat menjadi investor pembangunan Bali Urban Subway bersama dengan PT SBDJ.
Kelimanya berasal dari berbagai perusahaan, mulai dari swasta dalam negeri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga sejumlah perusahaan asing dari Eropa dan Tiongkok.
“Lima perusahaan yang tergabung dalam empat konsorsium itu menyampaikan dokumen kualifikasi,” kata Komisaris SBDJ Dodi Miharjana di Sanur, Denpasar, beberapa waktu lalu.
Ada konsorsium perusahaan Eropa. Konsorsium yang ketiga ada dua perusahaan Tiongkok, yang keempat konsorsium dengan perusahaan swasta nasional. B