Sebanyak lima perusahaan dengan empat konsorsium terpikat menjadi investor pembangunan Urban Bali Rail bersama PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ).
Kelimanya berasal dari berbagai perusahaan, mulai dari swasta dalam negeri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga sejumlah perusahaan asing dari Eropa dan China.
“Lima perusahaan yang tergabung dalam empat konsorsium itu menyampaikan dokumen kualifikasi,” kata Komisaris SBDJ Dodi Miharjana di Sanur, Denpasar.
Ada konsorsium perusahaan Eropa. Konsorsium yang ketiga ada dua perusahaan China, yang keempat konsorsium dengan (perusahaan) swasta nasional.
Dodi belum dapat menyebutkan nama-nama perusahaan yang bergabung membangun Bali Urban Rail.
Saat ini, SBDJ sedang melakukan cek kelengkapan dokumen dan kelayakannya.
Setelah itu, SBDJ akan memantau komitmen dari masing-masing perusahaan dalam membangun dan mengembangkan Bali Urban Rail.
Pemantauan dilakukan guna mengetahui para investor dalam dan luar negeri itu melihat ada peluang bisnis atau tidak dari Urban Bali Rail.
“Kami baru melihat, mereka itu merasa bahwa penawaran ini layak untuk ditindaklanjuti. Dan mereka melihat ada peluang untuk mendapatkan keuntungan. Setelah itu, bagaimananya, akan ada join study,” jelas Dodi.
Dia menambahkan, hingga kini nilai investasinya juga belum ditentukan, tetapi Dodi menyebutkan sudah ada perkiraan pasar atau market sounding yang memperkirakan nilai investasi Bali Urban Rail dapat mencapai US$20 miliar atau sekira Rp300 triliun.
“Itu baru verbal statement saja. Itulah kenapa kami perlu lihat di dalam dokumen mereka,” ungkapnya.
Soal penggunaan jenis kereta juga akan ditentukan para investor tersebut. Dodi mengatakan tidak menutup kemungkinan PT INKA akan diajak untuk membuat gerbong keretanya.
Menurutnya, penggunaan jenis kereta wisata hanya penamaan atau nomenklatur saja. Gerbong kereta yang akan digunakan kemungkinan berjenis LRT atau MRT. “Kami belum lihat. PT INKAA bisa jadi diajak.”
Dodi menargetkan pembangunan Bali Urban Rail beserta keretanya paling lambat tahun 2024 atau tahun 2025, karena kondisi lalu lintas, terutama di kawasan Bandara Internasional Ngurah Rai, sudah tergolong padat.
“Jangan sampai nanti 2027 orang pada nongkrong-nongkrong di bandara karena nggak bisa keluar. Makanya sekarang masih kami review, karena ada yang bilang bisa garap hanya dalam waktu setahun,” ujarnya.
Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya berharap Urban Bali Rail dan keretanya dapat segera digarap tahun ini.
Dia menyatakan bahwa angkutan massal berupa kereta api sangat penting mengingat kemacetan jalanan di sekitar daerah wisata di Bali sudah parah.
“Di Bali kan macet sekali dan agak memprihatinkan. Makanya kami menyiapkan angkutan masal berbasis kereta. Mudah-mudahan terwujud,” kata Mahendra.
Dia menegaskan, pembangunan Urban Bali Rail Fase 1 dimulai dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Sentra Parkir Kuta, Seminyak, dan Canggu.
Saat ini, Mahendra menunggu laporan kesiapan SBDJ dan para investornya menggarap Urban Bali Rail. “Kami menunggu kesiapan dan laporan dari SBDJ.” B