PT Angkasa Pura II (Persero) menginjak usia ke-37 tahun pada 13 Agustus 2021. Untuk itu, perusahaan negara ini terus memperkuat ketangguhan organisasi (resilience organization) dalam menghadapi pandemi ini.
Upaya tersebut adalah dengan menetapkan berbagai prosedur di antaranya dalam mengatur pola dan norma bekerja, perlindungan bagi publik, pengaturan proses bisnis hingga fasilitas di bandara.
Hasilnya, menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, seluruh bandara AP II tetap beroperasi dengan baik di tengah pandemi, melayani berbagai penerbangan.
Dia menjelaskan bahwa dengan organisasi yang tangguh di tengah pandemi, AP II dapat menjalankan program pemulihan bisnis termasuk mendukung terwujudnya Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata.
“Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung kami yakini dapat lebih memperkuat operasional serta mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan aviasi Indonesia tentunya dengan memperhatikan seluruh regulasi yang ada,” ujarnya.
Holding menciptakan koordinasi tunggal dalam pengembangan masterplan dan akan memaksimalkan keunggulan masing-masing anggota holding guna mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan aviasi.
Muhammad Awaluddin menuturkan, tentunya di dalam holding nanti AP II akan menjalankan perannya mengembangkan sektor kebandarudaraan dengan berkolaborasi bersama anggota holding lainnya guna merumuskan strategi pengembangan menyeluruh, optimisasi layanan, dan operasional yang saling mendukung.
Berdasarkan sejarah lahirnya, AP II diawali dari dibentuknya Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng pada 1984.
Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng kemudian berganti nama menjadi Bandara Soekarno Hatta yang pada 1985 membuka 1 terminal, yakni Terminal 1. Kemudian, pada 1992 bandara terbesar di Indonesia ini membuka Terminal 2.
Pada 2016, Terminal 3 dibuka di mana ini adalah terminal penumpang pesawat terbesar dan termodern di Indonesia dengan luas lebih dari 400.000 m2 dan berkapasitas 25 juta penumpang/tahun.
Adapun pada 2015, jumlah bandara yang dikelola AP II sebanyak 13 bandara dan kemudian hanya dalam waktu lima tahun bertambah tujuh, sehingga pada usia yang ke-37 ini perseroan mengelola total 20 bandara yang ada di Sumatera (12 bandara), lalu Jawa (6 bandara) dan Kalimantan (dua bandara).
“Bermula dari mengelola Bandara Soekarno Hatta, AP II melalui sejumlah perjalanan transformasi, mempertahankan konsistensi untuk terus tumbuh dengan semangat kolaborasi dan kerja keras hingga kini mengelola 20 bandara dengan terus menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan,” ungkapnya.
Muhammad Awaluddin menambahkan, peningkatan usaha AP II tidak lepas dari implementasi konsep Adjacent Business, yang dapat diartikan perseroan menciptakan pasar baru melalui lini bisnis baru. Misalnya, di bidang properti, digital business, hingga strategic partnership.
“Melalui perluasan usaha, AP II tidak hanya bergantung bisnis aeronautika saja tetapi juga memiliki bisnis non-aeronautika yang dapat diandalkan,” jelas Muhammad Awaluddin.
Sejalan dengan berkembangnya bisnis, infrastruktur, dan layanan, bandara-bandara AP II mendapat berbagai pengakuan. Salah satunya terus membaiknya peringkat Bandara Soekarno-Hatta di daftar Top 100 World’s Best Airport dari Skytrax.
Pada 2016, Bandara Soekarno-Hatta berada di peringkat 63, lalu naik ke peringkat 44 (2017), peringkat 45 (2018), peringkat 40 (2019), peringkat 35 (2020), dan pada 2021 naik ke peringkat 34.
Muhammad Awaluddin menegaskan bahwa ertepatan dengan HUT ke-37, AP II menggelorakan semangat Sinergi Aviasi Bakti Negeri, memberikan semangat bersinergi yang telah dilakukan selama ini kepada seluruh ekosistem aviasi agar tetap optimis dalam menghadapi pandemi untuk berbakti kepada negeri. B