Menjelang Angkutan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru 2024/2025), keselamatan dan keamanan transportasi menjadi fokus yang diperhatikan dalam pengoperasian seluruh moda transportasi.
Keselamatan menjadi faktor utama yang harus dijaga seluruh penyelenggara transportasi baik bus, kapal laut, pesawat udara, kereta api, tidak terkecuali angkutan penyeberangan.
Secara khusus pada angkutan penyeberangan di Danau Toba, pengelolaan operasional penyeberangan termasuk upaya dalam menjaga keselamatan dan keamanan penyeberangan di Danau Toba dapat menjadi percontohan di danau lainnya di Indonesia.
Masih membekas dalam ingatan kita, insiden kecelakaan Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatra Utara pada 12 Juni 2018 lampau saat kapal ini berlayar dari Pelabuhan Penyeberangan Simanindo di Kabupaten (Kab.) Samosir menuju Pelabuhan Penyeberangan Tigaras di Kabupaten Simalungun.
Tragedi kecelakaan kapal tradisional KM Sinar Bangun ini mengingatkan kita betapa pentingnya kesungguh – sungguhan seluruh unsur terkait dalam menjaga keselamatan pada moda penyeberangan.
Meskipun jarak tempuh lintasan pada moda ini rata – rata tidak terlalu jauh, tapi pengoperasian angkutan penyeberangan di seluruh wilayah Indonesia tidak boleh disepelekan.
Dikutip dari laman indonesiabaik.id, Indonesia memiliki sekitar 840 danau dengan total luas mencapai 7.103 kilometer persegi, yang sebagian besar merupakan danau alami.
Danau – danau tersebut tersebar di Pulau Sumatra (170 danau dengan luas sekitar 3.700 kilometer persegi), Pulau Kalimantan (139 danau dengan luas sekitar 1.142 kilometer persegi), Pulau Jawa dan Bali (31 danau dengan luas sekitar 62 kilometer persegi), Pulau Sulawesi (30 danau luas sekitar 1.599 kilometer persegi), serta Pulau Papua (127 danau dengan luas lebih dari 600 kilometer persegi).
Danau Toba menjadi salah satu danau terluas di Indonesia dengan luas 1.130 kilometer persegi, sedangkan danau terdalam di Indonesia adalah Danau Matano di Sulawesi Selatan yang memiliki kedalaman 590 meter.
Mobilitas pergerakan orang dan barang yang didominasi masyarakat hingga wisatawan di Danau Toba cukup ramai sehari – hari, khususnya di sejumlah lintasan penyeberangan.
Bahkan, volume jumlah penumpang dapat meningkat pesat pada saat musim liburan sekolah hingga hari besar keagaman, seperti Natal dan Idulfitri.
Bedanya, di musim Lebaran mayoritas beraktivitas wisata, sedangkan saat Natal atau Tahun Baru berwisata dan pulang kampung halaman bagi perantau yang berasal dari Pulau Samosir.
Kesiapan Angkutan Penyeberangan
Beberapa pekan, jelang musim libur Nataru 2024/2025, segala persiapan untuk keselamatan dan keamanan sudah mulai dipersiapkan dengan seksama oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Penyeberangan (KSOPP) Danau Toba.
KSOPP Danau Toba merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Selain itu, KSOPP Danau Toba salah satu tugasnya yaitu melaksanakan pengendalian, pengawasan, penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan kegiatan angkutan penyeberangan di Danau Toba.
Beberapa waktu lalu Kementerian Perhubungan telah merilis hasil survei potensi pergerakan masyarakat pada saat masa Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 mencapai 110,67 juta orang.
Hal ini disampaikan Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Persiapan Nataru 2024/2025 yang digelar di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jumat (22/11/2024).
Guna memastikan keselamatan dan kelancaran angkutan penyeberangan pada masa Nataru 2024/2025, KSOPP Danau Toba telah melaksanakan sejumlah persiapan.
Pertama, KSOPP Danau Toba akan menyelenggarakan Posko Angkutan Natal dan Tahun Baru selama 22 hari kalender, terhitung sejak 18 Desember 2024 hingga 8 Januari 2025.
Pada periode ini diprediksi akan terjadi dua kali puncak mudik dan balik Nataru 2024/2025 yaitu puncak mudik pada 22 – 24 Desember 2024 dan 29 – 31 Desember 2024, puncak balik pada 25 – 26 Desember 2024 dan 3 – 5 Januari 2025.
KSOPP Danau Toba juga telah melaksanakan rampcheck sarana dan prasarana angkutan penyeberangan, seperti pengecekan data umum kapal, kapasitas muat (ship particular), ketersediaan kelengkapan alat penolong, ketersediaan perangkat navigasi, AIS, radio, alat komunikasi kapal, termasuk sertifikasi awak dan kapal.
Sebagai informasi kegiatan rampcheck tidak dilakukan pada waktu musim libur saja, tetapi rutin dilakukan setiap hari khususnya terhadap kapal tradisional untuk memastikan kapal yang akan beroperasi layak berlayar.
Rampcheck rutin tersebut berupa tali kemudi, tali gas, kebocoran lambung, peletakan muatan dan garis muat.
Berdasarkan data dari KSOPP Danau Toba (November 2024), saat ini di Pulau Samosir telah dibenahi dan dibangun empat Pelabuhan Penyeberangan, yakni Pelabuhan Penyeberangan Simanindo, Pelabuhan Penyeberangan Ambarita, Pelabuhan Penyeberangan Onan Rungu dan Pelabuhan Penyeberangan Sipinggan.
Di daratan Provinsi Sumatra Utara terdapat tujuh Pelabuhan Penyeberangan, yakni Pelabuhan Penyeberangan Tongging (Kab. Karo), Pelabuhan Penyeberangan Silalahi (Kab. Dairi), Pelabuhan Penyeberangan Baktiraja (Kab. Humbahas) dan Pelabuhan Penyeberangan Muara (Kab. Tapanuli Utara).
Selain itu, Pelabuhan Penyeberangan Balige (Kab. Toba), Pelabuhan Penyeberangan Ajibata (Kab. Toba), dan Pelabuhan Penyeberangan Tigaras (Kab. Simalungun), dan lintasan Pelabuhan Penyeberangan Balige – Pelabuhan Penyeberangan.
Selain itu, saat ini terdapat lima lintasan penyeberangan, yaitu lintasan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata (Kab. Toba) – Pelabuhan Penyeberangan Ambarita (Kab. Samosir) menggunakan KMP Ihan Natak dan KMP Pora – Pora, serta lintasan Pelabuhan Penyeberangan Balige (Kab. Toba) – Pelabuhan Penyeberangan Onan Runggu (Kab. Samosir – Pelabuhan Penyeberangan Muara (Kab. Tapanuli Utara) menggunakan KMP Kaldera.
Selain itu, lintasan Pelabuhan Penyeberangan Tigaras (Kab, Simalungun) – Pelabuhan Penyeberangan Simanindo (Kab. Samosir) menggunakan KMP Sumut 1 dan KMP Sumut 2 dan KMP Julaga Tamba 1, lintasan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Pelabuhan Penyeberangan Tomok (Kab. Samosir) menggunakan KMP Tao Toba 1 dan Tao Toba 2, dan lintasan Pelabuhan Penyeberangan Muara (Kab. Tapanuli Utara) – Pelabuhan Penyeberangan Sipinggan (Kab. Samosir) menggunakan KMP Muara Putih.
Ada dua rute layanan bus air, yaitu lintas Pelabuhan Penyeberangan Baktiraja (Kab. Humabahs) – Pelabuhan Penyeberangan Muara (Kab. Tapanuli Uatar) menguakan KMP Jurung-Jurung Rencana dan lintas Pelabuhan Penyeberangan Tongging (Kab. Karo) – Pelabuhan Penyeberangan Silalahi (Kab. Dairi) menggunakan KMP Asa-Asa.
Sudah diterapkan untuk kawasan berbahaya di areal aktivitas naik turun penumpang/kendaraan dan bongkar muat barang di kapal penyeberangan.
Maka dari itu, dilarang untuk berenang/mandi/memancing yang sering dilakukan masyarakat sekitar.
Seiring dengan adanya peningkatan mobilitas masyarakat pengguna moda kapal penyeberangan di Danau Toba, semula ada 4 unit kapal penyeberangan sekarang sudah 11 unit kapal penyeberangan dan di akhir tahun akan ada tambahan 1 unit kapal penyeberangan lagi, sehingga menjadi 12 unit kapal penyeberangan yang akan beroperasi di Danau Toba. Masih ditambah lagi dua kapal layar motor beroperasi sejak tahun 2023.
Di akhir tahun akan ada tambahan KMP Danau Toba yang melayani rute Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Pelabuhan Penyeberangan Ambarita, sehingga ada 3 unit KMP yang berangkat dari Pelabuhan Penyeberangan Ajibata.
Semula pemberangkatan setiap 1 jam 15 menit dengan tambahan kapal penyeberangan bisa menjadi setiap 1 jam.
Pengelolaan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata dan Pelabuhan Penyeberangan Ambarita sudah bekerjasama dengan PT ASDP dengan kontribusi PNBP sebesar Rp800 juta per tahun. KSOPP hanya mengelola keselamatan dan keamanan pelabuhan.
Sebelum kejadian kecelakaan yang menimpa KM Sinar Bangun, hanya ada pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Pelabuhan Penyeberangan Tomok sekitar enam trip per hari.
Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Pelabuhan Penyeberangan Ambarita muncul setelah tahun 2018 yang saat itu dikhawatirkan akan mengganggu rute Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Pelabuhan Penyeberangan Tomok ternyata hal itu tidak terjadi.
Bahkan, justru semakin bertambah dari total enam trip, sekarang menjadi 20 trip per hari. Upaya meningkatkan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran, wajib dilakukan pemeliharaan setiap minggu untuk setiap kapal yang beroperasi.
Sementara itu, bagi SDM kapal, setiap bulan diwajibkan diadakan pelatihan kesiapsiagaan menghadapi bencana, termasuk bencana teroris.
Konektivitas Dukung Pariwisata
Untuk meningkatkan dan mendukung sektor pariwisata di sekitar Danau Toba, keterhubungan atau konektivitas antar simpul transportasi telah dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan sejak tahun 2020, yaitu melalui program layanan angkutan KSPN dari Direktorat Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Danau Toba merupakan salah satu Destinasi Wisata Super Prioritas, selain Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Likupang (Sulawesi Utara), Borobudur (Jawa Tengah), dan Mandalaika (Nusa Tenggara Barat).
Berdasarkan data dari Perum Damri (Oktober 2024), ada tiga trayek angkutan KSPN Danau Toba dengan tiga kali keberangkatan di masing – masing rute, yaitu rute Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Stasiun Pematang Siantar dengan tingkat isian 12,4% (Januari – Agustus 2024) dengan tarif Rp6.100 (68,4 km).
Selain itu, Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Bandara Silangit (11,54%) dengan Rp 7.600 (107,9 km), dan Bandar Silangit – Pakkat (17,13%) dengan panjang rute 74,5 km.
Tarif tanpa subsidi diperkirakan sekitar Rp70.000 – Rp80.000. Pemerintah memberikan subsidi Rp 2,6 miliar per tahun.
Rencananya di tahun 2025 akan ada trayek Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – Kota Kabanjahe dengan singgah di beberapa titik lintasan lokasi wisata.
Ada juga perpanjangan trayek Pelabuhan Penyeberangan Ajibata – tasiun Pematang Siantar hingga Bandara Internasional Kualanamu untuk menarik penumpang, khususnya wisatawan luar negeri yang menggunakan penerbangan internasional.
Sekarang, layanan penerbangan internasional hanya dilayani oleh Bandara Internasional Kualanamu, yang kali ini menyebabkan penerbangan ke Bandara Silangit berkurang.
Namun, saat ini akses transportasi dari Danau Toba menuju Medan sudah semakin lancar, sehingga waktu tempuh lebih cepat usai beroperasinya akses jalan tol dari kawasan Kota Pematang Siantar.
Tentunya ini menjadi peluang membuka trayek angkutan KSPN dari Bandara Kualanamu ke Pelabuhan Penyeberangan Ajibata.
Untuk meningkatkan layanan angkutan umum di KSPN Danau Toba, perlu pembenahan angkutan umum.
Armada angkutan umum yang beroperasi, rata – rata usianya sudah di atas 10 tahun dan manajemen pribadi menyebabkan kurang bisa diawasi kinerja pengemudi.
Perilaku pengemhdi sering ngebut menjadi kurang disukai warga dan sangat membahayakan keselamatan penumpang. Akhirnya, banyak yang beralih menggunakan sepeda motor.
Setidaknya ada tiga wilayah yang perlu dibenahi angkutan umummya, yaitu Kota Balige, Kota Parapat dan Pulau Samosir.
Angkutan umum yang mumpuni perlu dikembangkan di ketiga wilayah tersebut, mengingat wisatawan meningkat, sedangkan layanan angkutan umum kurang nyaman.
Skema pembelian layanan (Buy The Service/BTS) dapat diterapkan di ketiga wilayah tersebut. Melibatkan operator lokal angkutan umum lebih diutamakan. Angkutan umum yang mumpuni nantinya dapat dinikmati hanya untuk warga, tetapi bisa juga untuk pelancong.
Jangan sampai seperti Pulau Bali yang sekarang sudah sering alami macet, karena buruknya layanan angkutan umum.
Untuk membenahinya susah sekali, suatu saat akan membuat pelancong kurang tertarik ke daerah wisata yang kemacetannya luar biasa.
Seperti halnya destinasi wisata di negara maju, kelancaran lalu lintas dan angkutan umum yang mumpuni menjadi salah satu dambaan bagi pelancong untuk menikmati suasana wisata.
(Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat)