Mengenang Tsunami Aceh Dengan Mengunjungi Museum

Museum Tsunami Aceh
Bagikan

Siapa yang tidak mengingat tsunami di Aceh pada 2004 silam? Bencana alam ini meluluhlantakkan beberapa kota di Aceh secara bersamaan. Jejak dahsyatnya gelombang air laut itu masih bisa disaksikan hingga hari ini. 

Masyarakat maupun wisatwan dapat mengenang tsunami di Aceh dengan mengunjungi Museum Tsunami yang terletak di kota Banda Aceh. Berjarak hanya 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman, wisatawan dapat dengan mudah mencapai lokasi ini.

Museum yang menjadi kebanggaan masyarakat Aceh ini dibangun pada tahun diatas lahan seluas 10.000 meter persegi. Dalam proses pembangunannya, diadakan sebuah sayembara untuk mendesain Museum Tsunami Aceh. Ridwan Kamil yang kala itu masih menjadi dosen Arsitektur di ITB, berhasil menyingkirkan puluhan kontestan lainnya. 

Pembangunan museum ini memakan biaya sebesar Rp140 miliar dengan hasil yang mengagumkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil bangunan yang memiliki dua makna.  Jika dilihat dari bawah atau tampak depan, bangunan ini seperti sebuah kapal penyelamat dengan geladak luas. Sedangkan jika dilihat dari bagian atas, museum tersebut merefleksikan gelombang Tsunami.

Bangunan Museum Tsunami Aceh sendiri memiliki empat lantai dan mencapai 55 unit koleksi sebagai pengingat tsunami yang terdiri dari 22 alat peraga, 26 foto, dan 7 maket.

Beberapa ruangan yang dapat wisatawan kunjungi seperti lorong tsunami pada saat pertama masuk ke museum ini. Ruangan ini merupakan lorong sempit dengan penerangan yang minim ini menemani pengunjung membayangkan gemuruh tsunami yang terjadi pada saat itu.

Lorong Tsunami

Selanjutnya wisatawan dapat mengakses informasi terkait bencana tsunami pada layar monitor. Ruangan yang telah disiapkan setelahnya adalah “Chamber of Blessing”, yaitu sebuah ruangan berbentuk sumur silinder yang dipenuhi oleh nama-nama korban tsunami yang telah terdeteksi oleh pengelola museum. 

Chamber of Blessing

Di lantai dua museum, wisatawan bisa mendapatkan akses untuk menuju ke ruang multimedia, seperti ruang audio, ruang 4 dimensi “Tsunami Exhibition Room”, pre-tsunami, while tsunami, dan post-tsunami. Tersedia juga beberapa fasilitas-fasilitas, seperti ruang geologi, perpustakaan, mushola, dan souvenir yang terletak di lantai tiga.

Sementara lantai paling atas, didesain untuk menjadi tempat penyelamatan darurat atau escape building apabila kembali terjadi tsunami di masa datang. Sehari-harinya, lantai ini tidak dibuka untuk umum demi keselamatan pengunjung. 

Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Nia Niscaya menuturkan, meski bermula dari musibah, namun faktanya Museum Tsunami Aceh telah menjelma menjadi destinasi wisata. “Ada nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Kita bisa melihat lebih dekat dan belajar bagaimana dahsyatnya sebuah musibah yang kala itu terjadi. Namun, hal itu dikemas menjadi atraksi wisata,” kata Nia, Senin (22/3/2021).

Komentar

Bagikan