Presiden Joko Widodo sudah meresmikan Proyek Strategis Nasional, Makassar New Port (MNP) beberapa hari lalu, dengan dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.
Dermaga MNP Tahap 1A, 1B dan 1C yang diresmikan tersebut memiliki panjang total 1.280 meter dan dibangun PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di atas lahan seluas 52 hektare guna menopang pertumbuhan perekonomian di wilayah timur Indonesia.
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa persaingan antarnegara saat ini betul-betul sangat ketat, bahkan siapa yang memiliki efisiensi yang baik yang akan memenangkan pertandingan dan persaingan.
Sepuluh tahun lalu biaya logistik nasional berada di angka 24%, padahal negara lain 9% – 12%, karena tidak terintegrasinya antara pelabuhan dengan kawasan industri.
“Sekarang, biaya logistik kita sudah turun kurang lebih 14%. Sudah turun banyak tetapi tetap masih sedikit lebih tinggi dari negara lain dan ini menjadi PR kita bersama,” ujar Presiden.
Kepala Negara mennambahkan, Makassar New Port merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Pelabuhan Tanjung Priuk dengan kedalaman 16 meter dan termasuk pelabuhan terdalam yang sangat baik untuk bersandarnya kapal-kapal besar yang mengangkut kontainer.
Kehadiran pelabuhan baru di Makassar dengan kapasitas total saat ini 2,5 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit) peti kemas juga menjadi angin segar bagi perusahaan pelayaran.
Dengan kedalaman yang dimiliki, yakni -16 meter LWS (Low Water Springs), dermaga MNP sudah bisa disandari kapal berukuran besar generasi post panamax yang biasa digunakan untuk direct call atau pelayaran langsung ke luar negeri.
“Makassar New Port yang lama itu kapasitasnya 750.000 TEUs per tahun dan sekarang 2.5juta TEUs per tahun. Ini lompatan yang sangat tinggi sekali. Kita lihat nanti bagaimana progres perkembangan pelabuhan ini yang akan menjadi pelabuhan besar di Indonesia Bagian Timur yang diharapkan bisa mengefisiensikan biaya-biaya logistik di tanah air kita,” jelas Presiden.
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan, sesuai arahan Presiden tiga tahun yang lalu, bahwa kekuatan pelabuhan BUMN harus disatukan untuk menjadi pemain global, meningkatkan efisiensi, dan mendorong penurunan biaya logistik nasional.
Oleh karena itu, dengan di awali pengkonsolidasian Pelindo I, II, III, dan IV menjadi Pelindo, pelabuhan di Indonesia kini menjadi salah satu dari 20 pelabuhan terbaik dunia dari semua pelabuhan di Asia Tenggara.
“Kita sudah meningkatkan kecepatan bongkar muat peti kemas pelabuhan di Indonesia, yang tadinya rata-rata 20 box (per crane per jam) menjadi 34 box (per crane per jam), yang membuat waktu sandar kapal turun dari sebelumnya rata-rata 38 jam sekarang sudah menjadi 22 jam,” jelasnya.
Artinya, Erick menambahkan, ini percepatan yang luar biasa dan Kementerian BUMN juga terus menata 122 pelabuhan yang ada di Indonesia melalui monitoring sistem pelabuhan yang terintegrasi.
Kementerian BUMN bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR menghadirkan tiga pelabuhan internasional dengan mengintegrasikan infrastruktur di sekitarnya dan mengintegrasikan beberapa kawasan industri untuk menjadi bagian dari ekosistem pelabuhan.
Oleh karena itu, hadirnya Makassar New Port menjadi sangat penting dimana sebagai gerbang dunia untuk Kawasan Indonesia Timur.
“Kita terus konsolidasikan dari segi keuangan, Alhamdulillah Pelindo saat ini profit Rp3.9 triliun dan investasi MNP ini mandiri dari Pelindo sendiri senilai Rp5,4 triliun dan terus bertahap sampai Rp10 triliun,” ungkapnya.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Arif Suhartono mengatakan, pihaknya menghadirkan Proyek Srategis Nasional (PSN) MNP guna mendukung upaya pemerintah yang terus mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah timur Indonesia.
Pembangunan MNP Tahap 1A, 1B, dan 1C ini menyerap investasi senilai Rp5,4 triliun dan masih berlanjut dengan pengadaan peralatan bongkar muat, penambahan fasilitas dan pengembangan MNP Tahap 1D yang akan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan pasar dengan anggaran investasi hingga Rp10 triliun.
Adapun fasilitas yang ada di mega proyek MNP saat ini adalah 6 unit Container Crane (CC), 16 unit Rubber Tyred Gantry (RTG), 2 unit Reach Stacker (RS), 15 unit Terminal Tractor, 1 unit Forklift 2 ton dan 392 unit Reefer Plug.
Keseluruhan alat telah mendukung program green port atau terelektrifikasi telah menggunakan listrik.
“MNP juga telah dilengkapi dengan Integrated Planning dan Control Room (PnC), sebuah langkah inovatif untuk memantau dan mengontrol layanan kapal, terminal, peti kemas, dan logistik secara terpusat,” tuturnya.
Transformasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi layanan dan mendukung daya saing logistik nasional dengan cakupan pengawasannya yang tidak hanya terbatas di Makassar, tapi juga mencakup wilayah lain, seperti Kendari, Balikpapan, hingga Maluku dan Papua.
Dengan pelayanan 24/7 atau 24 jam selama tujuh hari, kehadiran MNP yang nantinya akan terintegrasi dengan sebuah kawasan industri berskala besar dan juga rel kereta api yang menghubungkan kota-kota di Sulawesi diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia secara luas. B