Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie menyayangkan angka keterlambatan maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang mengangkut jemaah haji mencapai 47,5% dalam sepekan terakhir.
“Satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5%,” katanya dalam keterangan, Senin (20/5/2024).
Anna menjelaskan, dari 80 penerbangan yang ditangani Garuda Indonesia, 38 penerbangan di antaranya mengalami keterlambatan.
Keterlambatan yang dialami jemaah pun cukup panjang, hingga 3 jam 50 menit.
“Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan. Kita sudah memberikan teguran tertulis agar ke depan harus diperbaiki,” ujarnya.
Berbanding terbalik dengan maskapai lain yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia, Saudia Airlines.
Maskapai milik Arab Saudi ini mengalami keterlambatan 18,06% dari total 72 penerbangan.
“Total keterlambatan mencapai empat jam tujuh menit. Saya harap peristiwa keterlambatan bisa terus ditekan,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab bahwa keterlambatan Garuda Indonesia terjadi di embarkasi Solo dan Makassar.
Waktu terlama keterlambatan Garuda, yaitu tiga jam 50 menit, sedangkan Saudia Airlines memiliki waktu keterlambatan 47 menit.
Saiful berharap Garuda Indonesia dan Saudia Airlines mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jemaah haji Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan ditetapkan.
Sebab, keterlambatan keberangkatan, apalagi hingga hitungan jam dan bahkan sampai terjadi perubahan jadwal, hal itu akan berdampak pada penyiapan beragam layanan di Madinah dan Mekkah, baik transportasi maupun akomodasi, termasuk juga katering.
“Keterlambatan penerbangan juga berpotensi menjadikan jemaah semakin kelelahan karena terlalu lama menunggu,” tegasnya.
Sementara itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk buka suara terkait penyebab insiden terbakarnya mesin pesawat yang mengangkut jemaah haji selepas tinggal landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada Rabu (15/5/2024).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan, gangguan pada mesin pesawat bukan disebabkan oleh benda dari luar mesin pesawat melainkan, karena masalah pada internal mesin.
“Saya dapat menyampaikan bahwa confirm kerusakan tidak disebabkan oleh adanya benda atau barang asing yang berasal dari luar engine (mesin) masuk ke dalam engine dan menyebabkan kerusakan. Nampaknya sudah confirm ini disebabkan internal engine tersebut,” tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/5/2024).
Oleh karena itu, saat ini Garuda Indonesia dan sejumlah pihak terkait masih terus melakukan investigasi untuk mengetahui lebih detail penyebab insiden yang mengharuskan pesawat haji harus mendarat darurat kembali ke Bandara Sultan Hasanuddin (return to base/RTB). B