PT Kereta Api Indonesia (KAI) menutup sebanyak 309 perlintasan sebidang demi mencegah kecelakaan di jalur kereta api dan meningkatkan keselamatan.
“Sepanjang Januari hingga Desember 2024, KAI telah berhasil menutup 309 perlintasan sebidang,” ujar Vice President Public Relations KAI Anne Purba di Jakarta.
Dia menjelaskan, KAI terus berupaya meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang.
“Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menutup sejumlah perlintasan sebidang secara proaktif,” tegasnya.
Hal ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 94 Tahun 2018 Pasal 2, yang menyatakan bahwa perlintasan sebidang yang tidak memiliki Nomor JPL, tidak dijaga, dan/atau tidak berpintu dengan lebar kurang dari 2 meter harus ditutup atau dilakukan normalisasi jalur kereta api.
Anne menambahkan, KAI terus berupaya menutup perlintasan sebidang yang tidak memenuhi regulasi.
Pasalnya, lanjutnya, perlintasan sebidang menjadi salah satu titik rawan terjadinya kondisi tidak aman berlalu lintas untuk jalur Kereta Api (KA).
Selama tahun 2024, KAI mencatat 337 kejadian kecelakaan lalu lintas di perlintasan, dengan total 334 korban.
“Dari jumlah tersebut, 129 orang mengalami luka ringan, 82 orang luka berat, dan 123 orang meninggal dunia,” ujar Anne.
Dia merinci data korban akibat kondisi tidak aman dalam berlalu lintas di perlintasan per wilayah Daop/Divre pertama di Daop 1 Jakarta sebanyak 10 orang meninggal, 7 orang luka berat, 22 orang luka ringan.
Daop 2 Bandung terdapat delapan kasus meninggal, empat luka berat, 1 orang luka ringan, Daop 3 Cirebon terdapat 11 orang meninggal, 4 orang luka berat, 1 orang luka ringan.
Daop 4 Semarang tercatat 14 orang meninggal, 5 orang luka berat, 15 orang luka ringan dan Daop 5 Purwokerto tercatat 5 orang meninggal, serta 3 orang luka ringan.
Selanjutnya, Daop 6 Yogyakarta tercatat 6 orang meninggal, 3 orang luka berat, 1 orang luka ringan dan Daop 7 Madiun tercatat 7 orang meninggal, 2 orang luka berat, 6 orang luka ringan, serta Daop 8 Surabaya ada 13 meninggal, 5 orang luka berat dan 14 orang luka ringan.
Berikutnya, Divre I Medan ada 23 orang meninggal, 18 orang luka berat, 23 orang luka ringan dan Divre II Sumatra Barat ada 1 orang meninggal, 7 orang luka berat, serta 8 orang luka ringan.
Selain itu, Divre III Palembang ada 9 orang meninggal, 2 orang luka berat, 13 orang luka ringan dan Divre IV Tanjungkarang ada 5 orang meninggal, 18 orang luka berat, serta 7 orang luka ringan.
Anne menambahkan, sebelum pelaksanaan penutupan tim KAI telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitarnya.
Upaya penutupan perlintasan sebidang ilegal ini sejalan dengan aturan pada Undang – Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 94 Tahun 2018, pasal 5 dan 6.
Keberadaan perlintasan sebidang di sebagian tempat melewati pemukiman warga dan daerah industri, sehingga rawan terjadi kondisi tidak aman bagi masyarakat.
“Berdasarkan data dari Januari hingga Agustus 2024 saja sudah tercatat 535 kejadian temperan di jalur KA dan perlintasan. Pada tahun 2023 telah terjadi 774 kejadian temperan dan 738 kejadian temperan di tahun 2022,” jelas Anne.
Upaya lain yang dilakukan KAI untuk meningkatkan keselamatan perlintasan sebidang sejak tahun 2020 hingga tahun 2024.
Langkah tersebut meliputi sosialisasi keselamatan dengan melibatkan dinas perhubungan, railfans dan masyarakat, pemasangan 1.553 spanduk peringatan di lokasi rawan, serta penertiban 646 bangunan liar di sekitar jalur KA.
Selain itu, KAI juga mengusulkan pembuatan perlintasan tidak sebidang kepada pemerintah, yaitu dengan membangun flyover atau underpass dan melakukan perawatan, serta perbaikan peralatan di perlintasan sebidang.
Saat ini, terdapat 3.693 titik perlintasan sebidang yang terdiri dari titik perlintasan terjaga sebanyak 1.883 (50,98%) dan titik perlintasan yang tidak terjaga sebanyak 1.810 (49,01%).
KAI mengimbau masyarakat agar selalu meningkat disiplin berlalu lintas, terutama ketika berada di perlintasan sebidang.
Alat utama keselamatan di perlintasan tersebut adalah rambu – rambu lalu lintas.
“Keberadaan palang pintu dan penjaga pintu hanyalah alat bantu keamanan semata. Jadi, solusi utama untuk terhindar dari kecelakaan lalulintas di perlintasan adalah disiplin berlalu lintas,” kata Anne. B