PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun 2024 sebesar Rp2 triliun.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan, usulan PMN tersebut untuk pengadaan armada KRL Jabodetabek oleh anak usaha KAI, yakni PT KAI Commuter (KCI).
“Jadi dukungan yang kami perlukan adalah persetujuan tambahan penyertaan modal negara tahun anggaran 2024 kepada PT KAI sebesar Rp2 triliun yang akan kami teruskan kepada PT KAI Commuter untuk pengadaan sarana KRL yang sangat mendesak,” ujarnya saat RDP dengan Komisi XI DPR, Jakarta, baru-baru ini.
Didiek memaparkan, PMN 2024 itu akan digunakan untuk pengadaan KRL pada Semester II/2024 sebesar Rp810 miliar dan Semester I/2025 sebesar Rp2,37 triliun.
Menurutnya, kebutuhan investasi untuk pengadaan KRL akan sampai puncaknya di tahun 2025, yakni sebesar Rp5,98 triliun, pada tahun tersebut akan dilakukan pengadaan 12 rangkaian kereta (trainset) baru dari PT INKA (Persero), impor 11 trainset baru dari China, dan peremajaan armada lama (retrofit) 2 trainset.
“Pemenuhan PMN di tahun ini sebesar Rp2 triliun merupakan persiapan kami di Semester II/2024 dan Semester I/2025, sehingga pemenuhan kebutuhan ini betul-betul sesuai dengan waktunya dan akan kami serap sesuai dengan governance yang berlaku,” jelasnya.
Dia menjelaskan, pengadaan armada KRL ini mendesak dilakukan karena untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan bertambahnya sarana KRL yang memasuki masa konservasi atau pensiun.
KAI memperkirakan jumlah penumpang KRL Jabodetabek pada tahun 2024 akan mencapai 345 juta penumpang. Artinya, rerata volume penumpang per hari hampir 1 juta penumpang.
Selanjutnya pada tahun 2025 kenaikannya sekitar 5% atau 362 juta penumpang, kemudian meningkat kembali pada tahun 2026 mencapai 398 juta penumpang dan pada tahun 2027 akan mencapai 410 juta penumpang.
Sementara itu, sebanyak 1.088 unit kereta KRL sudah memasuki masa pensiun karena sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga diperlukan armada pengganti secara bertahap selama tahun 2023 – 2027, baik melalui peremajaan armada lama, pengadaan trainset baru, hingga impor dari Tiongkok.
“Kalau melihat kepadatan penumpang itu, maka kekurangan jumlah trainset bersamaan dengan peningkatan volume penumpang KRL berpotensi menimbulkan over load penumpang kepadatan yang sangat tinggi, khususnya pada saat jam peak hours antara jam 06.00 hingga 08.00 pagi, sekarang sudah melebar sampai jam 09.00 pagi. Begitu juga kembalinya dari jam 16.00 sampai jam 20.00 malam,” tuturnya.
Namun demikian, KAI memastikan dana pengadaan armada KRL Jabodetabek ini tidak semuanya berasal dari PMN, tetapi ada juga dari shareholder loan dan pinjaman dari bank. B