Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengusulkan akan ada suntikan dana di tahun 2024 pada PT Industri Kereta Api (INKA), mengingat ini bakal memproduksi gerbong untuk memenuhi kebutuhan operasional Kereta Rel Listrik (KRL).
Nilai penyertaan modal negara (PMN) yang diusulkan Erick sekitar Rp1,5 triliun, tujuannya untuk menggenjot produksi INKA.
Soal usulan ini, Menteri BUMN mengakui tidak ragu, pasalnya BUMN secara konsolidasi mampu memberikan dividen hingga Rp80 triliun kepada negara.
“Kita usulkan juga kalau ingin ada percepatan gerbong yang diproduksi INKA kita mengusulkan tambahan suntikan modal di tahun 2024. Toh, BUMN sendiri dividennya Rp80 triliun, jadi tidak ada salah juga kita mengambil sebagian kembali yang selama ini targetnya Rp40 triliun,” ujarnya di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Diketahui, INKA dan Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah meneken kerja sama pada Maret 2023. Salah satunya, untuk memproduksi 16 rangkaian kereta (trainset) untuk memenuhi kebutuhan, tapi produksi ini baru bisa direalisasikan pada tahun 2025-2026.
Mengenai kebutuhan penggantian trainset yang pensiun di tahun 2023, Erick masih berpegang pada dua data. Pertama, kemampuan produksi INKA. Kedua, data proyeksi dari pengguna KRL yang disusun KAI.
Setelah data itu selesai, lanjutnya, ditambah dengan hasil review dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), maka baru bisa diputuskan opsi apakah harus impor atau tidak.
“Tentu dua data ini sedang saya tunggu dan sudah rapat dengan Pak Menko, Menperin dan Menhub untuk singkronisasi data memang berapa kapasitas INKA bisa mmproduksi, kapasitas kereta api memprediksi. Nah, itu harus ada titik temunya. Jangan semua solusi itu hanya dilihat satu titik,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN ini menyatakan, persetujuan impor KRL bekas asal jepang masih harus menunggu sejumlah proses dan hal itu telah dilontarkannya langsung kepada Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Saya bilang bahwa waktu itu saya diundang rapat sama Menko Luhut, Menhub, Menperin. Lalu saya bilang, saya menunggu dua data final,” ungkapnya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Pertama, dia menunggu kapasitas produksi PT INKA untuk menciptakan KRL asli Indonesia.
Selain itu, Kementerian BUMN juga bakal menyuntikkan PMN ke INKA tahun depan.
“Satu dari INKA, berapa besar bisa memproduksi daripada gerbong itu. Nah minta datanya ke INKA,” kata Erick.
Namun, dia menambahkan, Kementerian BUMN juga sudah memasukkan juga ke tahun 2024 dan salah satunya PMN untuk INKA, sekitar Rp1,5 triliun, asal konteksnya memperbesar produksi.
Selain itu, Erick juga meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT KCI selaku anak usaha, untuk mengkaji ulang jumlah penumpang KRL pascapandemi Covid-19.
“Nah, kalau data ini sudah keluar, baru kita bisa sinkronkan. Jadi bisa ada keputusan, berapa yang dalam negeri bisa buat, berapa yang impor,” tuturnya.
Jadi, lanjut Erick, bukan karena ribut impor apa produksi dalam negeri, tapi tanpa solusi buat masyarakat pengguna kereta yang akhirnya berhimpit-himpitan, sehingga mesti ada solusinya. B