Investasi Teknologi Penting Untuk Cegah Krisis Sektor Parekraf

Wamenparekraf Angela saat menghadiri acara UNWTO Ministerial Roundtable on Tourism Resilience through Innovation and Digitalization in Asia and the Pacific di Crossroads Maldives, Selasa (14/6/2022). (Istimewa)
Bagikan

Investasi di bidang teknologi dalam mengelola krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) sangat penting, sehingga percepatan pemulihan ekonomi di tanah air dapat terwujud.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakebaparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyatakan, ketika berbicara mengenai krisis di sektor parekraf, semua perlu memahami konteks dari krisis, karena jenis krisis beragam.

“Banyak krisis di sektor parekraf, mulai dari krisis alam, buatan manusia, ekonomi, politik, terorisme, hingga perubahan iklim,” ujarnya dalam acara UNWTO Ministerial Roundtable on Tourism Resilience through Innovation and Digitalization in Asia and the Pacific di Crossroads Maldives, Selasa (14/6/2022).

Angela menjelaskan, dampak dan risiko krisis ini dapat mengganggu jalannya kegiatan pariwisata dan bahkan membuat industri ini mundur selama beberapa tahun.

Jadi, lanjutnya, ketika berbicara tentang teknologi perlu diketahui yang harus diinvestasikan untuk meningkatkan ketahanan pariwisata.

“Saya percaya kita harus mulai berinvestasi dalam pencegahan krisis, karena pencegahan lebih baik daripada penyembuhan atau pemulihan ketika krisis itu datang,” kata.

Investasi di bidang teknologi ini dapat berupa sistem peringatan dini terhadap krisis alam di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif.

Selain itu, Angela menambahkan, juga perlu adanya pembangunan infrastruktur yang kokoh dan kuat guna mengantisipasi potensi bahaya.

“Tentu saja, teknologi platform komunikasi terintegrasi untuk dapat menyebarluaskan informasi secara efektif dalam menghadapi keadaan darurat,” ungkapnya.

Dalam menghadapi krisis perubahan iklim, Angela menjelaskan, Kemenparekraf telah bekerja sama dengan pelaku industri untuk memperkenalkan teknologi baru, seperti aplikasi Carbon Footprint Calculator CFPC) dan offsetting untuk para wisatawan guna mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Program CFPC merupakan upaya Kemenparekraf dalam melakukan pengimbangan nilai emisi yang telah dihasilkan, dengan menyerap jejak karbon demi membantu mencegah dampak buruknya pada iklim.

“Jadi, traveler bisa memilih untuk bepergian dengan lebih bertanggung jawab saat berkunjung ke Indonesia. Kami juga melakukan investasi teknologi lainnya untuk mengurangi penyebab bencana, seperti energi bersih, transportasi hijau, ekowisata, dan pengelolaan sampah,” tuturnya.

Selain itu, Kemenparekraf juga mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri agar bisa masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital.

Salah satu solusi untuk keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19 adalah dengan mengandalkan digitalisasi yang berkembang sangat pesat di tengah pandemic dan pelaku usaha mau tidak mau harus mampu memanfaat peluang ini.

“Hingga kini, kami telah berhasil melakukan on boarding 18,5 juta pelaku UMKM ke platform digital, sehingga mereka dapat memperluas pasar mereka secara lokal, nasional, dan internasional,” tutur Angela. B

Komentar

Bagikan