Industri penerbangan di Indonesia saat ini sedang mengalami kondisi sulit, di tengah perjuangan mengembalikan pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19, kembali dihadapkan dengan permasalahan harga bahan bakar yang mahal.
Pada kesempatan diskusi CEO Forum ke-14 di Balikpapan, Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi mengakui banyak mendapat desakan dari masyarakat untuk menurunkan harga tiket pesawat.
Namun, tidak meratanya harga avtur menjadi permasalahan bagi maskapai penerbangan.
Daniel mencontohkan harga avtur di Jakarta tembus Rp15.027 per liter, sedangkan harga avtur di Semarang Rp17.000 per liter.
Kondisi ini membuat banyak pengusaha maskapai penerbangan yang lebih memilih mengisi bahan bakar di Jakarta lantaran harganya murah.
Namun, di sisi lain, pesawat akan membuang sebagian bahan bakar dalam perjalanannya menuju Jakarta.
“Konsekuensinya lebih mahal (di luar Jakarta). Nah, ini yang menjadi simalakama. Kami berharap pemerintah dapat mencarikan solusi agar mengurangi beban operasional industri,” tutur Daniel.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengakui kondisi industri penerbangan Indonesia sedang tidak baik-baik saja, bahkan jumlah pesawat saat ini semakin berkurang pascapandemi Covid-19.
“Setelah Covid, pesawat-pesawat itu menjadi terbatas, suku cadangnya juga terbatas, mengakibatkan suplai ini turun secara drastis. Di Indonesia yang semula 650 pesawat, sekarang tinggal 400,” katanya.
Kementerian Perhubungan kesulitan melakukan penerbangan lantaran jumlah pesawat jenis ATR yang biasa digunakan untuk melayani tujuan daerah terpencil berkurang drastic, karena tidak ada suku cadang.
“Kami yang termasuk selalu membangun konektivitas udara ini tetap berjalan dengan baik. Kami ingin duduk bersama dengan Bu Menkeu apa yang harus kita lakukan karena avtur adalah 40% daripada cost. Jadi, apabila harga avtur bisa diturunkan sama seperti Singapura, itu sangat membantu,” jelasnya. B