Garuda Indonesia Rugi Rp1,15 Triliun Kuartal III/2023

Penumpang turun dari pesawat Garuda Indonesia. (dok. garudaindonesia)

Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mencatat rugi bersih sebesar US$72,07 juta atau setara Rp1,15 triliun (kurs Rp 15.493). Kerugian itu berbalik dari laba bersih senilai US$3,7 miliar.

Namun, jika dibandingkan dengan Kuartal I/2023, jumlah kerugian tersebut berkurang, di mana GIAA merugi US$110,03 juta.

Kerugian tersebut karena beban usaha yang melonjak 7,14% secara tahunan (yoy) menjadi US$1,99 miliar. Bila dirinci beban promosi menjadi kontributor terbesar, yakni naik 47,9% yoy menjadi US$149,75 juta.

Pada periode yang sama pendapatan usaha secara group hingga periode Kuartal III/2023 tumbuh sebesar 48,32% yoy, menjadi US$2,23 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian Garuda Indonesia hingga akhir September 2023, pertumbuhan pendapatan usaha maskapai plat merah ini turut dikontribusikan oleh pendapatan usaha perseroan dihasilkan dari penerbangan berjadwal yang meningkat 49,02% yoy menjadi US$1,72 miliar, penerbangan tidak berjadwal meraih pendapatan sebesar US$274,25 juta, dan pendapatan lainnya mencapai US$234,91 juta.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa setelah berhasil merampungkan restrukturisasi utang pada akhir 2022, Garuda Indonesia terus mengakselerasikan berbagai langkah transformasi perbaikan kinerja.

“Dengan indikator kinerja keuangan yang semakin membaik, termasuk posisi EBITDA serta rasio cash flow perusahaaan, outlook pemulihan kinerja kami harapkan secara bertahap dapat terus berangsur membaik secara konsisten,” jelasnya dalam keterangan resminya, Kamis (2/11/2023).

Baca juga :   Garuda Indonesia Perluas Pangsa Pasar Kargo Internasional dengan Traffic Tumbuh 40,6% pada Kuartal I/2024

Selain itu, isu supply chain di tengah gerakan masif restorasi armada berbagai maskapai global menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam upaya kami memaksimalkan ketersediaan alat produksi.

Irfan menuturkan, ada berbagai inisiatif strategis seperti peningkatan kapasitas produksi, sejak pertengahan tahun 2023, Garuda Indonesia mulai merealisasikan proses delivery lima armada narrow body secara bertahap.

Melalui optimalisasi jaringan penerbangan tersebut, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan peningkatan rata-rata trafik penerbangan mencapai 5.000-an penerbangan per bulan pada Kuartal III/2023.

“Hal ini turut tercermin dalam tingkat utilisasi armada sebesar 9:12 per hari pada periode September 2023 untuk keseluruhan operasional penerbangan,” ungkap Irfan.

Hingga Kuartal III/2023, Garuda Indonesia secara group mengangkut sebanyak 14,28 juta penumpang, tumbuh 36,05% dibandingkan dengan capaian angkutan penumpang pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pada periode yang sama, Garuda Indonesia secara individu mencatatkan pertumbuhan angkutan penumpang sebesar 55,48% yoy menjadi 5,76 juta penumpang yang terdiri dari 4,58 juta penumpang domestik dan 1,18 juta penumpang internasional yang masing-masing tumbuh 41,44% yoy dan 153,75% yoy.

Lebih lanjut, tren pertumbuhan bisnis kargo Garuda Indonesia Group juga mulai terlihat melalui catatan angkutan kargo yang tumbuh sebesar 14,17% yoy.

Baca juga :   BUMN Tunjuk Mantan Direktur Garuda Indonesia Jadi Pejabat Baru di AP II

“Dengan peluang bisnis kargo yang semakin menjanjikan pasca-pandemi, pada pertengahan Oktober 2023, kami juga telah melakukan uji coba pengoperasian pesawat freighter narrow body, dengan fokus pengembangan pasar general commodity dan sektor komoditas ekspor,” tuturnya.

Harapannya, lanjut Irfan, melalui uji coba tersebut, optimalisasi pasar kargo menggunakan pesawat freighter narrow body tersebut dapat segera direalisasikan mulai akhir tahun ini.

Di tengah momentum pulihnya industri aviasi global pascapandemi, yang turut memengaruhi perilaku wisatawan dalam merencanakan perjalanan, pertumbuhan kinerja Garuda Indonesia diproyeksikan masih akan terus bergerak secara dinamis, termasuk dalam melihat dan mengukur target kinerja yang akan direalisasikan di tahun ini.

“Hal tersebut yang ke depannya kami akan terus akselerasikan melalui berbagai inisiatif strategis, seperti optimalisasi segmentasi pangsa pasar Low Cost Carrier bersama anak usaha Citilink, pengembangan potensi ancillary revenue pada berbagai touch point layanan penerbangan, dan restrukturisasi rute penerbangan secara berkelanjutan,” jelasnya.

Selain itu, hingga kolaborasi strategis bersama berbagai stakeholders bisnis penerbangan dalam meningkatkan value bisnis perusahaan sebagai salah satu ekosistem group penerbangan terbesar di Indonesia. B

 

Komentar