Menyusul bencana meletusnya Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (4/11), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengoordinasikan dukungan transportasi guna menangani bencana melalui angkutan penyeberangan dan angkutan laut.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Budi Rahardjo menyatakan, penyiapan sejumlah layanan tersebut dilakukan, karena terganggunya layanan transportasi udara akibat debu vulkanik.
“Untuk mendukung upaya penanganan bencana, mulai Selasa 5 November 2024 layanan transportasi, khususnya angkutan penyeberangan ditingkatkan untuk melayani kebutuhan penanggulangan bencana melalui penambahan frekuensi layanan,” ujarnya di Jakarta.
Sebagai informasi, frekuensi angkutan penyeberangan Kupang – Larantuka dan Kupang – Lewoleba – Larantuka ditingkatkan dari awalnya dua kali seminggu menjadi empat kali seminggu.
Peningkatan frekuensi tersebut bertujuan untuk mendukung upaya penanganan bencana alam letusan Gunung Lewotobi.
“Untuk melayani rute tersebut, disediakan dua unit kapal dengan kapasitas masing-masing 300 penumpang dan 16 unit truk sedang. Harapannya, peningkatan frekuensi angkutan penyeberangan dapat mendukung kelancaran angkutan darat yang menjadi alternatif utama,” kata Budi.
Khusus untuk angkutan bantuan dan masyarakat terdampak, dia menambahkan, sepanjang masa penanganan bencana, PT ASDP sebagai operator penyeberangan memberlakukan diskon sebesar 50%.
Sejauh ini, layanan penyeberangan telah mendukung mobilitas angkutan barang yang berisi bantuan dari Kementerian Sosial.
Selain angkutan penyeberangan, sebenarnya selama ini juga terdapat pelayanan angkutan laut dengan rute Kupang – Ende – Labuan Bajo dengan frekuensi pelayaran satu minggu sekali.
Namun, apabila dibutuhkan dukungan tambahan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah menyiapkan Kapal Negara (KN) Granti.
Saat ini, Posisi KN Granti berada di Pangkalan Tanjung Perak Surabaya yang sewaktu – waktu dapat dioperasionalkan ke tujuan daerah bencana.
Terkait dengan angkutan jalan, telah dilakukan koordinasi antara pemerintah daerah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II NTT, TNI dan Polri.
Sejauh ini, letusan Gunung Lewotobi berdampak pada operasional bandara di sekitarnya. Bandara Fransiscus Xaverius Seda, Maumere misalnya, tidak beroperasi.
Sementara itu, beberapa bandara di NTT antara lain Bandara Soa Bajawa, Bandara Gewayantana di Larantuka, Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, dan Bandara Frans Sales Lega di Ruteng, beroperasi dengan menyesuaikan situasi abu vulkanik letusan.
Sejalan dengan itu, pengoperasian pesawat juga menyesuaikan situasi dengan mengedepankan keselamatan penerbangan.
Beberapa penerbangan sempat dibatalkan akibat sebaran abu vulkanik.
Kemenhub melalui Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali dan unit penyelenggara bandar udara di sekitar Gunung Lewotobi terus berupaya berkoordinasi dengan AirNav Indonesia, serta pemangku kepentingan lainnya untuk memantau sebaran abu vulkanik demi keselamatan penerbangan. B