Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Ditjen Hubdat Kemenhub) bersama Anggota Komisi V DPR dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Kesiapan Penyelenggaraan Angkutan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru 2023-2024) di Ruang Rapat Kantor PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno menyatakan, kesiapan menghadapi Nataru yang tinggal satu setengah bulan ini adalah tentang cara menyiapkan sarana dan prasarana terutama dalam bidang transportasi penyeberangan di Ketapang-Gilimanuk.
“Ada kemungkinan orang berwisata menyeberang ke Bali sehingga kita harus antisipasi lonjakan. Kedua, kita harus mengevaluasi apa yang sudah kita kerjakan tahun lalu untuk meningkatkan pelayanan kita menjadi lebih baik,” ujarnya dalam pembukaan rapat koordinasi.
Dirjen Hendro menjelaskan, kecepatan waktu pemberangkatan kapal harus dievaluasi, sehingga pelayaran dapat dilakukan tepat waktu dan aman.
Selain itu, harus dibuat skema layanan yang lebih padat ketika peak season.
“Kerja sama yang baik antarpemangku kepentingan harus dikerjakan, jadi ketika terjadi antrean sudah ada rekayasa lalu lintas, sehingga aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar pelabuhan tidak terganggu antrean panjang,” jelasnya.
Puncak arus mudik/balik pada libur Nataru diprediksi terjadi dua sesi, yaitu puncak arus mudik sesi pertama pada tanggal 22-23 Desember 2023 dan puncak arus balik pada tanggal 26-27 Desember 2023.
Sementara itu, puncak arus mudik kedua diprediksi pada tanggal 29-30 Desember 2023 dan arus balik pada 1-2 Januari 2024.
Adapun, pergerakan orang pada Nataru 2023/2024 diprediksi naik sebesar 5% mengacu dari realisasi angkutan Lebaran 2023.
Dengan begitu, penumpang diperkirakan mencapai 904.496 orang, roda dua 52.755 unit, roda empat 98.267 unit, bus 12.157 unit, dan truk 55.569 unit.
“Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan antrean kendaraan akan disiapkan kantong parkir, buffer zone untuk kendaraan penumpang, truk dan terminal kargo, selain itu juga direncanakan pembatasan operasional kendaraan angkutan barang saat periode libur nanti,” jelasnya.
Selain itu, untuk alternatif kendaraan truk yang akan menyeberang ke Gilimanuk disiapkan Dermaga Bulusan yang rencananya khusus untuk Long Distance Ferry (LDF).
Adapun, kesiapan sarana dan prasarana Lintas Ketapang – Gilimanuk meliputi 49 unit kapal siap operasi dan tujuh pasang dermaga meliputi :
– Pelabuhan Ketapang : 3 MB, 1 Ponton dan 3 Plengsengan;
– Pelabuhan Gilimanuk : 3 MB, 1 Ponton dan 3 Plengsengan.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi V DPR Sumail Abdullah juga memfokuskan pelayanan di Pelabuhan Ketapang – Gilimanuk, mengingat Pelabuhan kedua terbesar setelah Pelabuhan Merak – Bakauheni.
Untuk antisipasi peningkatan pergerakan, dia menambahkan, harus ada kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.
“Dimulai dari peningkatan layanan Ferizy, paling tidak ada satu opsi lain untuk memesan tiket. Mungkin bisa dibuka lagi layanan yang bisa membantu pemesanan tiket, tapi masih dalam koordinasi layanan ASDP,” paparnya.
Kemudian, Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi menuturkan, ke depan layanan angkutan penyeberangan akan terus ditingkatkan terutama dalam hal ticketing.
“Kami sedang proses bekerja sama dengan salah satu platform untuk pembelian tiket sehingga ke depan kemungkinan tiket bisa dipesan tidak hanya melalui Ferizy. Selain itu, akan dikembangkan juga sistem pemesanan tiket yang nantinya dilakukan berdasarkan radius jarak,” ungkap Ira.
Dalam hal pengoperasian Dermaga Bulusan saat periode Nataru nanti, Ira menyatakan, hal tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan kapasitas di mana Dermaga Bulusan diproyeksikan dapat menampung 300 kendaraan.
Selain Rakor, dilakukan juga kunjungan lapangan ke Dermaga Bulusan yang berada di sebelah selatan Pelabuhan Ketapang guna meninjau kesiapan lokasi tersebut untuk dioperasikan saat periode Nataru 2023/2024. B