Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memberikan kabar terbaru terkait merger dengan Citilink dan Pelita Air ke dalam holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney).
Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra mengatakan, Kementerian BUMN menetapkan agar proses inklusi industri aviasi ke dalam InJourney bisa rampung sebelum bulan Oktober tahun ini.
Menurutnya, Garuda Indonesia selaku pemilik Citilink secara penuh terus berdiskusi dengan Pelita Air yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero).
“Bentuknya seperti apa ini masih dalam diskusi, tetapi memang dengan pendekatan inklusi industri penerbangan ke dalam InJourney itu, pada dasarnya menyatakan secara implisit bahwa nanti Garuda, Citilink dan Pelita will be owned by InJourney,” ujarnya di Konferensi Pers RUPST Garuda Indonesia di Gedung Manajemen Garuda Indonesia, Tangerang.
Caranya adalah dengan owning itu atau kepemilikannya modelnya caranya seperti apa berapa persen, ada atau tidak transaksi dan segala macam itu yang sedang lagi dibicarakan.
Oleh karena itu, jelas Irfan, banyak isu yang perlu dibahas, seperti soal legal, valuasi, ekuitas Garuda Indonesia yang masih negatif, rencana pemerintah dan Kementerian BUMN mengenai isu aviasi.
Selain itu, soal sedikitnya jumlah pesawat terbang yang beredar di Indonesia dan soal harga tiket pesawat. Belum lagi, bisnis Pelita Air bukan hanya penerbangan berjadwal.
“Jadi banyak sekali yang didiskusikan mohon dipahami, Pelita ini dimiliki langsung oleh Pertamina dan bisnis Pelita bukan hanya penerbangan berjadwal, macam-macam. Jadi, ini juga perlu dijadikan bahan diskusi, karena inisiatif yang dilakukan mesti ada persetujuan Pertamina,” tuturnya.
Irfan kemudian berseloroh, bahwa proses merger ini On The Way atau disingkat OTW.
“Kalau anda tanya OTW sudah di mana pak? Tol. Apakah sudah masuk tol atau keluar tol, pokoknya tol. Apakah tolnya panjangnya 10 km atau 180 km, pokoknya tol. Saya kan tidak pernah bohong,” ungkapnya. B