Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Angkutan Udara melaksanakan program perintis kargo di Bandara Oksibil untuk menekan disparitas harga di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Dimana kegiatan perintis kargo ini akan mesubsidi nol rupiah terhadap barang kebutuhan pokok dan penting lainnya yang akan diangkut menggunakan pesawat udara. Program multimoda kerja sama Kementerian Perhubungan dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Pegunungan Bintang yang sudah dimulai sejak awal tahun 2019.
Dengan awal dimulainya program perintis kargo, Bandara Oksibil akan menjadi penghubung antara sekitar 10 Distrik dari 34 Distrik yang berada di bawah Kabupaten Pegunungan Bintang- Papua dimana Sebagian besar suplai bahan pokok padas distrik ini hanya dapat diakses menggunakan transportasi udara, Adapun kargo perintis ini mengutamakan distribusi bahan pokok berupa beras dari Merauke ke Oksibil, serta kebutuhan logistik lain yang berasal dari luar Papua.
Kepala Bandara Oksibil, Agus Hadi menyatakan bahwa program perintis kargo ini menjadi penting bagi warga Oksibil dan masyarakat di Kabupaten Pegunungan Bintang agar dapat menekan harga bahan kebutuhan pokok. Selain itu, komoditas dari wilayah Merauke mampu terserap dan kesenjangan ekonomi antar daerah akan jauh berkurang.
“Kita saat ini masih fokus pada pendistribusian beras. Biaya hidup di Oksibil itu sangat tinggi. Harapannya ke depan, dengan adanya kargo perintis masyarakat dapat membeli barang dengan harga semakin terjangkau,” ujar Agus.
Oksibil menjadi daerah dengan biaya hidup termahal kedua di Indonesia setelah Kabupaten Puncak Jaya. Pada tahun 2020 misalnya, harga beras seberat 20 kg di kawasan Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang bisa mencapai Rp 700.000 s.d Rp.800.00,- dengan adanya perintis cargo pada saat ini beras 20 Kg menjadi 260.000. Bahan kebutuhan pokok lain lain seperti gula juga bisa dihargai Rp. 50.000,- per kg. Harga kebutuhan pokok tersebut bisa melonjak secara signifikan ketika cuaca ekstrem sedang terjadi.
Akibatnya, banyak penerbangan yang tertunda karena kondisi tersebut dianggap berbahaya. Pada program kargo perintis ini, Bandara Oksibil bekerjasama dengan Trigana Air Service menggunakan jenis pesawat ATR-72 F dengan rute Oksibil-Merauke PP. dan PT. Reven Global Airtransport dengan menggunakan pesawat jenis Caravan C-208 untuk melayani suplai kedistrik“ lanjut Agus.
Selain itu, Agus menyatakan bahwa bandara ini juga menjadi salah satu contoh progam konektivitas multimoda di Papua. “Jadi barang akan dikirim dari Surabaya melalui tol laut menuju Pelabuhan Merauke, setelah itu melalui tol darat akan dimuat ke Gudang penampungan milik Pemerintah Daerah dan Bandara Merauke. Kemudian dikirim melalui udara ke Oksibil,” katanya.
Bandara Oksibil melayani lima kali penerbangan penumpang dalam seminggu menuju Sentani dan satu kali penerbangan perintis menuju Wamena. Selain itu, bandara ini juga melayani penerbangan perintis ke wilayah Tanah Merah, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu.
Bandara Oksibil terletak di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua dan dikategorikan sebagai bandara UPBU kelas III. Bandara ini memiliki luas runway 1350 m x 30 m, taxiway seluas dengan luas 75 m x 18 m, serta apron seluas 120 m x 75 m, yang diharapkan kedepan akan diadakan pengembangan perluasan apron dan perpanjangan runway, mengingat traffic bandara yang cukup padat dan factor perubahan cuaca yang mudah berawan. B