Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2022 merilis daftar 20 bangunan dengan arsitektur terbaik di dunia. Dalam daftar tersebut ada Bandara Internasional Banyuwangi di Jawa Timur yang dikelola PT Angkasa Pura II.
Penghargaan Aga Khan Award mengakui suatu bangunan adalah yang terbaik antara lain dari keunggulan arsitektur kontemporer, social housing, berkontribusi dalam pengembangan masyarakat, dan pelestarian sejarah.
Penilaian lainnya adalah konservasi kawasan, desain lansekap dan perbaikan lingkungan, serta juga melihat pemanfaatan sumber daya lokal, penggunaan teknologi secara inovatif, dan aspek lain seperti insinyur dan pengrajin.
Arsitek pembangunan Bandara Banyuwangi adalah orang Indonesia, Andra Matin, yang mengusung konsep green airport untuk terminal penumpang pesawat dengan tidak mengandalkan pendingin udara, tapi tetap terasa nyaman bagi penumpang pesawat.
Terminal penumpang seluas 7.000 meter persegi dan berkapasitas tiga juta penumpang per tahun ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Bangunan ini mengadopsi konsep atap rumah Suku Osing masyarakat asli Banyuwangi dan keindahan arsitektur terminal penumpang ini kemudian menjadi salah satu landmark di Jawa Timur.
Pada tahun 2017, Bandara Banyuwangi kemudian dikelola oleh PT Angkasa Pura II (AP II) dan pengembangan pun terus berlanjut.
Sebagai pengelola Bandara Banyuwangi, AP II mengembangkan sisi udara, yakni penebalan runway, pelebaran dan perpanjangan runway menjadi 2.450 x 45 m dan perluasan apron (parkir pesawat) menjadi 16.200 meter persegi, serta pembangunan taxiway.
President Director AP II Muhammad Awaluddin menyatakan, pengembangan sisi udara guna mendukung operasional pesawat berbadan sedang atau narrow body sekelas Boeing 737-900 ER dan Airbus A320.
“Pesawat jenis itu kini menjadi pesawat komersial rute jarak pendek dan menengah paling banyak digunakan maskapai di Indonesia atau bahkan di dunia,” tuturnya.
Saat ini, di tengah periode pemulihan penerbangan dari dampak pandemi Covid-19, Bandara Banyuwangi melayani rute Jakarta-Banyuwangi yang dioperasikan oleh Citilink dan Batik Air, serta Sumenep-Banyuwangi oleh Susi Air.
Pemulihan penerbangan secara berkelanjutan diharapkan berjalan lancar seiring dengan membaiknya penanganan pandemi, sehingga rute-rute lain akan kembali dibuka di Bandara Banyuwangi.
Menurut Awaluddin, AP II juga memperkuat implementasi konsep bandara green airport.
“Bandara Banyuwangi sudah memiliki terminal penumpang dengan arsitektur yang luar biasa indah dan sangat mendukung penerapan green airport,” ungkapnya.
AP II, Awaluddin menambahkan, akan memperkuat penerapan green airport dan menjadikan Bandara Banyuwangi sebagai bandara pertama di Indonesia yang mendapat sertifikasi Greenship Existing Building,” jelasnya.
Guna memperkuat penerapan green airport, AP II memiliki program efisiensi dan konservasi energi melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai salah satu sumber energi di bandara ini.
“Program ini sudah berjalan, AP II didampingi Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM berkolaborasi untuk mendorong pemanfaatan PLTS di bandara-bandara, termasuk di Bandara Banyuwangi,” tuturnya.
Adapun dari evaluasi yang telah dilakukan, pemanfaatan PLTS di Bandara Banyuwangi dimungkinkan dilakukan di atas atap seluas 3.300 meter persegi dengan maksimal kapasitas on grid sebesar 150 KWp (kilowatt peak).
“Panel surya dalam sistem PLTS akan dipasang di atap gedung Airport Rescue and Fire Fighting atau ARFF dan gedung Main Power Station,” kata Awaluddin.
Implementasi PLTS ini juga sejalan dengan pengembangan Bandara Banyuwangi untuk selalu mengikuti tren global dengan AP II akan mendorong seamless journey experience di melalui pemanfaatan mesin self check in, layanan dengan mobile apps, self baggage drop, dan fasilitas lainnya seperti biometrik facial recognition untuk naik ke pesawat. B