Tahun 2020 merupakan masa suram bagi industri penerbangan internasional dan domestik. Namun Bambang Soesatyo, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), optimis bahwa saat memasuki masa adaptasi kebiasaan baru industri penerbangan pelan-pelan bakal bangkit. Walau untuk bangkit butuh persyaratan ketat dalam hal protokol kesehatan.
Masa suram tersebut digambarkan oleh International Air Transport Association (IATA). Salah seorang chief economist IATA memperkirakan maskapai internasional akan mengalami kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni hingga US$ 84 miliar di tahun 2020. Hal ini disebabkan perjalanan melalui jalur udara anjlok. Misalkan pada April lalu tergolong parah, anjloknya hingga 98%. Lebih dari 5.000 pesawat tak mengudara dan dikandangkan.
Karantina wilayah (lockdown) yang marak diterapkan oleh berbagai negara di berbagai penjuru dunia membuat lebih dari tiga miliar penduduk bumi terisolasi di rumah. Tak ada yang bepergian. Di Indonesia pun begitu. Sejumlah perusahaan penerbangan tidak bisa beroperasi saat diberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di sejumlah daerah di Indonesia. Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mengungkapkan penurunan aktivitas penerbangan rata-rata mencapai 50 persen. Baru sejak PSBB sedikit diperlonggar, penerbangan mulai beroperasi kembali. Itu pun dengan syarat yang ketat, baik syarat bagi penerbangan, bandara, navigasi maupun penumpangnya.
Bambang Soesatyo dengan sapaan akrab Bamsoet tidak luput memberikan perhatian terhadap industri penerbangan Indonesia di tengah wabah Covid-19. Industri penerbangan terpuruk karena demi mencegah penyebaran wabah Covid-19, daerah-daerah yang terkena wabah juga menutup akses keluar masuk warganya. Namun, dengan kebijakan untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru, Bamsoet optimistis, sektor penerbangan akan bangkit sejalan dengan bangkitnya sektor pariwisata.
Bamsoet menambahkan industri penerbangan dan pariwisata akan menjadi sektor yang pertama mengalami lonjakan pertumbuhan pasca pandemi Covid-19. “Saya yakin begitu pandemi berakhir dan kita memasuki era normal baru, maka yang pertama terjadi adalah lonjakan penerbangan dan meningkatnya akomodasi perhotelan. Sebab, setiap orang membutuhkan hiburan “ katanya.
Politikus ini memang dikenal peduli terhadap industri penerbangan nasional. Saat berkarya di parlemen, politikus andal itu sangat peduli terhadap masa depan penerbangan Indonesia. Sejak sebelum terjadinya pandemi Covid-19, Bamsoet selalu aktif menyuarakan dan menanggapi berbagai isu terkait masa depan penerbangan Indonesia.
Lihat saja bagaimana Bamsoet menanggapi isu akan masuknya maspakai penerbangan asing ke Indonesia pada tahun 2018. Sebagai Ketua DPR ketika itu, dia meminta Menteri Perhubungan melakukan kajian yang mendalam dengan memperhatikan UU Penerbangan dan kelangsungan usaha penerbangan di Indonesia.
Kepedulian lain dari seorang Bamsoet terhadap masa depan penerbangan Indonesia juga terlihat saat dia memberikan respon terhadap aspek keselamatan penerbangan Indonesia menyusul jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, mogoknya pilot pesawat Garuda Indonesia hingga masalah harga tiket penerbangan yang tinggi dan memberatkan masyarakat.
Kini, di tengah pandemi Covid-19, Mantan Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Karya itu mengharapkan dengan menerapkan adaptasi kehidupan baru dan protokol Covid-19, industri penerbangan dapat segera recovevy guna mendukung pembangunan nasional dan mewujudkan cita-cita bangsa demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. (*)