Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga akhir Maret 2025.
Namun, BMKG memastikan bahwa kondisi tersebut dapat dideteksi lebih awal sehingga upaya mitigasi dan peringatan dini dapat dilakukan.
“Jadi Insyaallah lebih baik, kemungkinan ada cuaca ekstrem tapi durasinya singkat. Tapi kita siapkan modifikasi cuaca,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, baru – baru ini.
Dia menjelaskan bahwa periode Maret hingga awal April 2025 merupakan masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.
“Cuaca seperti itu sampai akhir Maret. Jadi, transisi April itu harusnya masuk ke Maret. Jadi insya Allah lebih baik,” jelasnya.
Untuk mengurangi dampak dari cuaca ekstrem, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan modifikasi cuaca guna mengendalikan curah hujan yang berlebihan di wilayah rawan banjir.
“Seandainya terdeteksikan, ekstrem itu bisa dideteksi. Tidak mendadak. Jadi bisa dilakukan antisipasi dan peringatan dini,” ungkap Dwikorita.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menuturkan, BNPB menambah pesawat untuk melakukan modifikasi cuaca.
“Untuk mengurangi curah hujan yang berlebihan, BNPB melakukan tambahan pesawat untuk modifikasi cuaca, jadi menurunkan mendung di laut supaya tidak turun di daratan,” tuturnya usai Deklarasi Bersama Gerakan Ramadhan Ramah Anak di Kantor Kemenko PMK, Rabu (5/3/2025).
Jadi, dia menambahkan, dilihat nanti juga sudah mulai jauh lebih baik dan Kementerian Koordinasi (Kemenko) PMK terus memonitor, termasuk kondisi parah ada di Bekasi, yang kini Bekasi sudah jauh lebih baik.
Dia mengatakan, selain penambahan pesawat, BMKG turut mengerahkan infrastruktur untuk melakukan pemompaan air dan lain – lain, termasuk melakukan modifikasi cuaca.
“Jadi, karena menurut perkiraan BMKG, dalam beberapa hari ke depan masih sekitar 10 hari ke depan, itu curah hujan diperkirakan masih tinggi,” ungkapnya.
Pratikno mengatakan, untuk mengatasi banjir mengerahkan pompa – pompa air untuk mempercepat mengatasi genangan – genangan air di kota Bekasi.
“Jadi, kita melakukan audit terhadap infrastruktur yang terkait nanti penyambungan pompa air. Ini perubahan iklim ini hidrometologi menjadi sebuah ancaman bencana yang semakin berat,” tuturnya.
Di sisi lain, Mekok PMK memastikan bahwa evakuasi hingga mencukupi kebutuhan dasar para korban banjir tidak kalah penting.
“Terutamanya kalau ada yang perlu di pengungsian, kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan, lain – lain dan baik di pengungsian maupun di luar pengungsian,” tegasnya. B