
PT Angkasa Pura Indonesia akan memasang Automated Tray Returned System (ATRS) atau teknologi yang mempercepat pemeriksaan barang di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia Faik Fahmi, pemasangan ATRS tersebut dilakukan pada tahun ini untuk pelayanan optimal kepada pengguna jasa penerbangan.
Dia menjelaskan, penggunaan teknologi ini mengikuti jejak Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang dan khusus untuk di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali akan diprioritaskan di terminal internasional.
“Kalau menggunakan alat yang ada sekarang satu jam hanya bisa 200 orang, tapi dengan ATRS bisa satu jam 500 orang, perbedaannya di teknologi baru yang tidak perlu orang membawa tas mengeluarkan laptop atau air mineralnya lagi,” jelasnya.
Laman bali-airport.com menuturkan, ATRS mampu meningkatkan kapasitas menjadi 300% yang semula 215 tray per jam menjadi 645 tray per jam.
Bahkan, dengan adanya ATRS ini mampu memberikan jaminan keamanan kepada penumpang, mampu mempercepat proses pemeriksaan dan meningkatkan keakuratan pada saat pemeriksaan berlangsung.
Faik menuturkan, pemasangan teknologi canggih di Security Check Poin (SCP) ini seiring dengan perluasan area, sehingga menjadi inovasi baru dalam meningkatkan kapasitas pengunjung.
“Kalau pun ada barang yang mesti diperiksa Avsec, maka barisnya akan terpisah tidak menghambat yang di belakangnya, kalau misal dia di cek lagi langsung pindah ke barus khusus, yang normalnya lurus, ini sudah mulai diterapkan di Bandara Soekarno-Hatta dan sudah sangat membantu waktu pengerjaan,” tuturnya.
Badan Usaha Milik negara (BUMN) di bidang jasa kebandarudaraan ini juga merancang inovasi tersebut untuk mendorong pengguna bandara lebih banyak memiliki waktu sebelum pesawat diterbangkan.
Dengan memangkas waktu dari tiba hingga duduk di dalam terminal keberangkatan, Faik menambahkan, maka ada potensi mereka berbelanja di area komersial.
Selain itu, sejak periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, di Bandara I Gusti Ngurah Rai terpasang autogate sebanyak 30 unit di pintu keberangkatan dan 60 unit di pintu kedatangan internasional untuk mempercepat alur penumpang.
Bersamaan dengan penerapan inovasi di akhir tahun, operator bandara juga mulai digitalisasi dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk membaca setiap pergerakan, seperti di Bandara Soekarno-Hatta.
Faik menyebutkan bahwa ada tiga hal yang menjadi fokus manajemen Angkasa Pura Indonesia, yaitu premises dengan menyiapkan infrastruktur sesuai kebutuhan, process dengan memastikan Bandara I Gusti Ngurah Rai manajemennya dilakukan berbasis digitalisasi dan menggunakan teknologi canggih, serta people dengan menyiapkan pelatihan khusus bagi sumber daya manusia, mengingat penggunaan teknologi baru nantinya cukup rumit.
Dia belum memastikan ketika seluruh sistem terpasang, terutama mengganti alat pemindai barang dengan empat unit ATSR berapa lama waktu dapat terpangkas, tetapi meyakini inovasi ini akan membawa dampak positif, karena uji cobanya berhasil di bandara terbesar Indonesia. B