PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus mengambil langkah inovatif untuk mendukung lingkungan bersih dan berkelanjutan.
Melalui pengembangan TPST Simpangsari, KAI hadir dengan solusi nyata mengatasi tantangan pengelolaan sampah perkotaan.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Simpangsari berlokasi di RW 01, Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung.
Program tersebut menjadi wujud dukungan KAI kepada masyarakat dalam penanganan sampah perkotaan sekaligus mendorong keberlanjutan.
“Kami harap TPST Simpangsari mampu menjadi contoh bagaimana pengelolaan sampah dapat meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan masyarakat,”ujar Vice President Public Relations KAI Anne Purba.
Melalui program TJSL, KAI menyalurkan dana sebesar Rp193.292.500 untuk mendukung pengembangan TPST Simpangsari yang tersalurkan dari tahun 2020 hingga tahun 2023.
Dana tersebut digunakan untuk menciptakan fasilitas pengelolaan sampah yang lebih tertata meliputi ruang produksi, ruang maggot dan ruang kesekretariatan.
Salah satu inovasi unggulan TPST Simpangsari adalah penggunaan teknologi biokonversi maggot Black Soldier Fly (BSF) untuk pengolahan sampah organik.
Teknologi ini mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk yang bebas bau, sekaligus menghasilkan maggot yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Teknologi maggot BSF ini adalah solusi inovatif yang berkontribusi besar terhadap keberlanjutan. Selain mengurangi volume sampah organik, hasil akhirnya juga bermanfaat secara ekonomi dan lingkungan,” tutur Anne.
Selain pengelolaan sampah organik, TPST Simpangsari juga memproses sampah anorganik dengan memilah hingga 19 jenis untuk dijual atau diolah menjadi biji plastik.
Sampah residu pun tidak terbuang percuma, melainkan dikelola menggunakan insinerator untuk menghasilkan abu yang digunakan sebagai bahan konstruksi seperti batako dan hebel.
“TPST Simpangsari juga difungsikan sebagai tempat edukasi, terutama bagi anak-anak usia dini, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya pengelolaan sampah,” kata Anne.
Ke depan, KAI berencana menjadikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di wilayah tersebut sebagai mitra binaan untuk memperluas manfaat ekonomi dan sosial di wilayah kerja KAI, seperti di Stasiun Bandung.
“Di stasiun ini, proyek percontohan pengelolaan sampah akan diterapkan dengan pengolahan sampah organik menggunakan metode BSF dan sampah nonorganik diubah menjadi produk bernilai ekonomis seperti vas bunga, dompet dan media tanam aquaponic,” ungkap Anne.
Dia menambahkan, inisiatif ini sejalan dengan arahan Kementerian BUMN untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama terkait penanganan perubahan iklim, kehidupan sehat dan sejahtera, serta menghadirkan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
“Kami berharap program ini menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan,” tutur Anne. B