Makassar New Port (MNP) menjadi pasar peti kemas yang dibidik khusus untuk angkutan peti kemas internasional (ekspor-impor).
Fasilitas di MNP kerap digunakan untuk bongkar muat peti kemas perusahaan pelayaran global, bahkan kini jadi incaran.
Diketahui, MNP yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 22 Februari 2024 kini telah melayani perusahaan SITC yang singgah setiap satu minggu sekali dengan satu kapal.
Terminal Head TPK New Makassar I Nyoman Sutrisna menambahkan ada dua perusahaan pelayaran global yang tertarik ‘mengincar’ MNP untuk kegiatan bongkar muatnya.
Kedua perusahaan pelayaran tersebut adalah CMA-CGM dan Maersk Line yang melakukan kunjungan lapangan ke MNP beberapa waktu lalu.
“CMA-CGM dan Maersk Line menyatakan tertarik untuk berkegiatan di MNP, saat ini sedang penjajakan pasar untuk melihat potensi muatan ekspor impor yang bisa mereka bawa dari Makassar,” kata Nyoman dalam keterangan tertulis.
PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) selaku pengelola optimistis kedua perusahaan pelayaran tersebut akan berkegiatan di MNP.
Nyoman menyebut fasilitas yang dimiliki MNP sudah sangat mencukupi. Salah satunya memiliki kedalaman alur dan kolam pelabuhan hingga minus 16 meter Low Water Springs (LWS).
Dengan kedalaman tersebut memungkinkan kapal berukuran besar generasi post panamax yang biasa digunakan untuk direct call atau pelayaran langsung ke luar negeri dapat masuk ke MNP.
Selain itu, juga ditunjang dengan 6 unit quay container crane dengan total panjang dermaga mencapai 1.600 meter.
“Luas terminal mencapai 52 hektare dengan kapasitas peti kemas mencapai 2,5 juta per tahun,” ungkapnya.
Nyoman menyebutkan di area Makassar, PT Pelindo Terminal Petikemas selaku pengelola MNP telah mengelola dua terminal, yakni Terminal Petikemas Makassar atau Terminal 1 dan Makassar New Port atau Terminal 2.
Adapun jumlah arus peti kemas di kedua terminal pada tahun 2023 mencapai 700.000 TEUS. Untuk tahun 2024 menargetkan arus peti kemas sebanyak 715.000 TEUS.
Sementara itu, Ketua DPW Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Syaifuddin Syahrudi mengaku optimistis komoditas di Sulawesi Selatan dapat bertumbuh hingga bisa memenuhi kebutuhan ekspor.
Dia berharap keberadaan MNP dapat menjadikan Sulawesi Selatan sebagai hub Indonesia Timur untuk distribusi logistik.
“Harapannya ke depan MNP menjadi hub di Indonesia Timur, tidak perlu lagi ke Jawa (Jakarta dan Surabaya),” Syaifuddin.
Demi mendukung MNP sebagai hub, lanjutnya, diperlukan sentra ekonomi dan industri yang lebih masif, karena dengan analisa pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Sulawesi Selatan saat ini, sejumlah komoditi kebutuhan pokok masih mesti didatangkan dari Pulau Jawa. B