Sejumlah langkah strategis diambil PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk mempercepat pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) yang terintegrasi dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Kawasan yang terletak di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, ini dibangun dan dikelola PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK), anak perusahaan Pelindo.
Kawasan Industri Kuala Tanjung ini hanya berjarak satu kilometer dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.
“Tahun lalu, PT Prima Pengembangan Kawasan sudah membebaskan lahan seluas 57 hektare dalam satu hamparan,” kata Direktur Utama Subholding PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) Joko Noerhudha di Jakarta, baru-baru ini.
Mulai awal Tahun 2024, PT PPK akan fokus pada pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan lahan yang sudah dibebaskan.
“Ini merupakan tahap pertama dari tiga fase pengembangan KIKT,” ujar Joko menambahkan.
Dua fase berikutnya adalah pekerjaan pembangunan pintu gerbang dan jalan masuk, serta fase pekerjaan infrastruktur dasar.
Bersamaan dengan pengembangan kawasan industri tersebut, PT PPK juga gencar mempromosikan dan memasarkan KIKT melalui berbagai forum kegiatan investasi.
Salah satunya adalah dalam North Sumatra Invest Promotion Forum 2023 di Jakarta pada 21 Agustus 2023.
“Pelabuhan dan industri yang terintegrasi akan membuat industri jauh lebih efisien karena tidak ada lagi additional cost yang dikeluarkan untuk transportasi,” kata Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono.
Selain itu, pengiriman barang ke pelabuhan maupun dari pelabuhan juga jauh lebih cepat.
Dia menjelaskan, Pelindo akan terus mendorong terjadinya well-connected ecosystem antara pelabuhan dengan kawasan industri (hinterland) untuk memperlancar arus barang.
“Salah satu tujuannya adalah menciptakan biaya logistik yang lebih efisien dan mendorong penguatan ekonomi kawasan,” jelas Arif.
Untuk mengembangan KIKT, Pelindo menjajaki kerja sama strategis dengan tiga pihak.
Pertama, Pelindo berencana meningkatkan kepemilikan saham di PT Prima Tangki Indonesia (PTI) sebagai langkah awal menjadikan Kuala Tanjung sebagai transhipment hub untuk produk curah.
Saat ini, PT Pelindo memiliki 20% saham di PT PTI.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dan pergudangan ini memiliki tanki timbun dengan kapasitas total sebesar 100.000 Metrik Ton (MT).
Sejak akhir November 2019, PT PTI resmi menjadi Penyelenggara Pusat Logistik Berikat.
Status ini akan menguntungkan pelanggan karena berbagai fasilitas dan kemudahan, terutama di bidang kepabeanan dan cukai.
Selain itu, kata Arif menjelaskan, Pelindo juga sedang menjajaki kerja sama pemanfaatan lahan Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan PT IBC (PT Indonesia Battery Company), dan kerja sama potensial di Kuala Tanjung dengan Zhejiang Provincial Seaport Investment & Operation Group Co. Ltd. (China).
Pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung ini melibatkan PT Prima Multi Terminal yang mengelola pelabuhan dan PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) yang membangun KIKT. Pelabuhan Kuala Tanjung sekarang fokus pada pengelolaan produk curah.
Dalam jangka panjang, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Kawasan Industri Kuala Tanjung akan menjadi Indonesia Logistic and Supply Chain Hub.
Potensi pasarnya memang sangat besar. Saat ini, di Kuala Tanjung sudah banyak berdiri banyak perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya, serta industri pemurnian logam (smelter).
Beberapa di antaranya PT Multimas Nabati Asahan (Grup Wilmar) dan PT Dombas Mas. Pabrik-pabrik ini mengolah minyak kelapa sawit (CPO) menjadi fatty acid, fatty alcohol, palm kernel dan minyak goreng.
Pabrik pengolahan logam antara lain PT Inalum (Persero), PT Dairi Prima Mineral dan PT Asahan Aluminium Alloys.
Ditambah lagi, Kuala Tanjung sudah terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Jaraknya hanya sekitar 43 km.
Sejumlah perusahaan sudah memiliki pabriknya di Sei Mangkei, di antaranya PT Unilever Oleochemical Indonesia, PT Industri Nabati Lestari, anak perusahaan PTPN III dan IV, dan PT Pertamina Gas, dan PT Pertamina Power Indonesia.
Saat ini, KEK Sei Mangkei sudah terhubung dengan Kuala Tanjung melalui jalur kereta api dan jalan tol Tebing Tinggi – Parapat.
Jalur kereta api ini merupakan hasil kerja sama PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Pelindo (Persero) dan PTPN III (Persero).
Jalan tol dan jalur kereta api tersebut menjadi tulang punggung perekonomian Sumatra Utara yang baru.
Pelabuhan Kuala Tanjung yang dibangun sejak Januari 2015 dan mulai beroperasi pada April 2018 memiliki kedalaman -16 LWS dan dermaga 500X60 meter.
Hal ini memungkinkan kapal berbobot sampai 100.000 DWT berlabuh di sana.
Pelabuhan ini juga dilengkapi trestle yang menghubungkan wilayah darat dengan pelabuhan sepanjang 2,8 km dengan lebar 18,5 m.
Lokasi Pelabuhan Kuala Tanjung juga sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran utama Selat Malaka.
Terminal di Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki kapasitas 400.000 Twenty-Foot Equivalent Units (TEUs) kontainer per tahun, 1,2 juta ton curah cair per tahun dan 250.000 ton general cargo per tahun.
“Capaian throughput di Kuala Tanjung hingga November 2023 meningkat dibandingkan capaian Januari – November 2022 sebesar 101%,” kata Direktur Utama PMT Rudi Susanto.
Total Throughput pada Januari-November 2023 mencapai 64.090 TEUs, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63.519 TEUs. B