Kondisi keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang kuat dan sehat saat ini mendukung KAI dalam menjalankan standar pelayanan dan keamanan, serta memegang amanah menjalankan Proyek Penugasan dari Pemerintah.
Hingga Kuartal III/2023, KAI berhasil mencetak laba bersih Rp1,51 triliun, naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp1,26 triliun.
Tidak hanya fokus mencetak profitabilitas yang optimal, KAI konsisten mengedepankan prinsip-prinsip Environment, Social, Governance (ESG) dalam menjalani bisnis sehingga dapat menciptakan ekosistem transportasi berkelanjutan.
EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, berbagai aksi nyata telah KAI lakukan untuk menerapkan ESG seperti pemakaian bio solar untuk kereta api, penggunaan panel surya di stasiun dan perkantoran, serta kegiatan-kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di bidang lingkungan hidup ataupun pendampingan UMKM.
“Kereta api merupakan moda transportasi yang berkelanjutan. Di era yang mengedepankan ESG ini, kereta api akan menjadi pendorong utama untuk angkutan berbasis environment,” kata Agus.
KAI telah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau solar panel di Stasiun Gambir dan gedung Jakarta Railway Center. Ke depan, KAI akan memasang solar panel di 40 stasiun dan dua balai yasa.
Pemasangan Solar Panel ini merupakan upaya transisi energi yang dilakukan KAI dengan menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk suplai energi listrik di berbagai aset KAI.
Adapun untuk bahan bakar kereta api, saat ini KAI telah menggunakan Biosolar B30 yang berarti 30% dari campuran tersebut terdiri dari bahan bakar yang berasal dari sumber nabati atau organik, seperti dari minyak kelapa sawit, jarak, ataupun dari beragam bahan organik lainnya.
Biosolar B30 ini memiliki emisi gas buang yang lebih rendah, sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara.
Bahkan, di beberapa titik di Sumatra KAI sudah menggunakan Biosolar B35 yang berarti tingkat ramah lingkungannya lebih tinggi.
Salah satu kelebihan kereta api, yaitu kapasitasnya yang sangat besar. Satu gerbong bisa mengangkut 50 ton barang atau seukuran 2 truk kontainer.
Bahkan, satu rangkaian KA angkutan batu bara di Sumatra bagian Selatan dapat menarik 60 gerbong atau 3.000 ton sekaligus.
Jika diangkut truk butuh kurang lebih 120 truk. Hal ini tentu lebih ramah lingkungan karena penggunaan BBM yang lebih rendah dan minim polusi.
Sementara itu, KAI juga terus mendukung kemajuan UMKM di Indonesia melalui program TJSL di antaranya dengan memberikan bantuan permodalan, meningkatkan softskill melalui pelatihan dan mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan pameran, baik berskala nasional ataupun internasional.
Saat ini, total terdapat 660 mitra binaan aktif KAI yang tersebar di seluruh daerah operasional Jawa dan Sumatra.
Pada tahun 2023, hingga Oktober KAI telah menyalurkan dana sebesar Rp3,8 miliar bagi UMKM binaannya melalui program kolaborasi.
“KAI menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap penerapan ESG. Melalui penerapan ESG, KAI bukan hanya menjadi pelopor dalam transportasi berkelanjutan, tapi juga berperan dalam menciptakan nilai jangka panjang untuk semua pemangku kepentingan,” tutur Agus. B